18 Mei 2009
Mengguncang Psikologi Siswa dengan UAN
Srikandi – Bogor
Banyak perubahan dicoba untuk \"memperbaiki\" sistem pendidikan di negara ini. Seperti yang kita saksikan bersama, apakah maksud perubahan yang diperdebatkan itu betul-betul merupakan sesuatu perbaikan atau malah sebaliknya? Yang jelas, semakin banyak perubahan, semakin memprihatinkan kejiwaan siswa yang mendapatkan efek langsung kebijakan \"perbaikan\" tersebut.
Pencanangan wajib belajar bagi usia sekolah dasar sungguh sangat memprihatinkan karena tempat belajar saja banyak yang lapuk, tidak layak dipakai. Sebagai contoh, berita ratusan sekolah dasar di Tangerang terancam rubuh.
Sementara itu, guru hidup dengan memprihatinkan karena banyak yang mempunyai honor sangat minim. Karena itu, jangan heran kalau mereka tidak mampu bekerja optimal untuk mencerdaskan tunas bangsa karena kebutuhan pokok sandang pangan mereka tidak terpenuhi. Sehingga, setelah selesai mengajar, banyak guru menjadi tukang ojek, kernet metromini, dan sebagainya hanya untuk bisa hidup dengan layak.
Anak sekolah menjadi jenuh dan frustrasi serta bingung mengikuti kurikulum yang selalu berubah, disertai orangtua yang stres karena setiap tahun buku pelajaran harus beli baru sebab ganti menteri ganti kebijakan, ganti peraturan, padahal semua itu memerlukan uang banyak.
Akibatnya, semakin banyak anak-anak miskin yang putus sekolah. Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut, di kemudian hari akan terjadi generasi Indonesia yang bodoh dan ketinggalan zaman, tidak bisa bersaing dalam globalisasi.
Perbedaan yang mendasar bagi suatu negara bisa menjadi negara maju yang kaya raya, atau menjadi negara berkembang yang miskin adalah bagaimana sikap dan perilaku masyarakatnya, yang dibentuk oleh kebudayaan dan pendidikan sepanjang negara itu bertumbuh.
Miskin
Perbedaan antara negara maju yang kaya dan negara berkembang yang masih miskin tidak terletak pada usia suatu negara, sumber daya alam, luas wilayah, dan jumlah penduduk.
Usia suatu negara tidak menjamin negara tersebut bisa menjadi maju dan masyarakatnya menjadi penduduk yang kaya. Contoh, India dan Mesir, mereka berusia lebih dari 2.000 tahun, toh sampai sekarang tetap menyandang predikat sebagai negara yang berkembang, dan sebagian besar penduduknya masih tergolong miskin.
Sementara Singapura dan Selandia Baru, usia negaranya kurang dari 150 tahun dalam membangun diri, toh mereka saat ini menjadi negara yang sangat maju dan masyarakatnya rata-rata kaya.
Sumber daya alam bukan jaminan untuk suatu negara menjadi negara yang kaya dan maju. Contoh Jepang, negara yang alamnya 80 persen merupakan rangkaian pegunungan yang sulit ditanami dan untuk beternak. Banyak wilayahnya yang labil dan bencana gempa bumi, tetapi mengapa saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia.
Luas wilayah bukan jaminan untuk suatu negara menjadi maju dan kaya raya. Contoh Swiss sebagai negara yang tidak mempunyai perkebunan coklat, tetapi mengapa Swiss menjadi negara pembuat coklat terbaik di dunia.
Swiss tidak mempunyai tanah pertanian luas karena hanya 11 persen dari luas negaranya yang bisa ditanami, tetapi mengapa dia mempunyai perusahaan makanan terbesar di dunia dengan nama Nestle.
Jika kita mau menjadi negara yang kaya dan maju, haruslah dimulai dari pendidikan yang dibenahi dengan benar, sewajarnya sebagai negara besar dengan jumlah generasi usia sekolah yang sangat banyak.
Sudah sewajibnya juga menerapkan seefisien mungkin cara ajar mengajar anak-anak. Sekolah di Indonesia saat ini bagi anak-anak hanyalah tempat menghabiskan waktu (umur) sehingga sekolah tidak menjadi tempat yang tepat untuk mencerdaskan tunas bangsa.
Usia sekolah dasar mempunyai makna yang besar untuk seorang anak bisa menatap dunianya dengan secercah harapan. Penulis bertemu seorang ibu yang tiada hentinya berterima kasih kepada ayahnya yang hanya seorang tukang pangkas rambut di bawah pohon. Walaupun ayahnya seorang yang sangat miskin, dia terus berjuang untuk anaknya bisa sekolah.
Sang ayah sangat rajin untuk memohon beasiswa/bantuan kepada dermawan yang dikenalnya agar bisa anaknya menyelesaikan sekolah dasarnya. Minimal bisa membaca dan menulis, demikian impiannya. Sang anak pun tidak menyia-nyiakan kegigihan sang ayah yang berusaha untuk mencerdaskan dirinya. Sehingga anak tersebut bisa hidup dengan prestasi yang tidak semua orang mudah mendapatkannya.
Pembentukan Karakter
Seorang pelajar sekolah dasar menghabiskan 5- 6 jam (banyak yang lebih lama) satu hari hidupnya di lingkup sekolah, sehingga pembentukan karakter sangat ditunjang dari lingkup dalam pendidikan di sekolah. Tetapi sistem sekolah sekarang melupakan pendidikan hati nurani, ketika pemberdayaan budi pekerti sangat minimal, bahkan hilang dari karakter anak-anak. Sikap kritis anak menjadi salah arah, bahkan mereka condong hanya menjadi generasi peniru/menjiplak apa yang mereka lihat, dan sikap arogan yang tecermin dari maraknya tawuran pelajar.
Misalnya, sikap mahasiswa yang kita tahu dari cara dia memandang apa yang terjadi di negaranya yang tidak mereka pahami. Itu terlihat dari demo yang mereka gelar yang hanya berisi hujatan, protes ketidaksetujuan, tetapi tidak bisa memberi solusi dari apa yang mereka kritik/tidak puas.
Sebagai tingkat yang paling tinggi dari siswa, seyogianya mahasiswa memberi contoh kepada adik-adik kelasnya untuk bisa bersikap demokrasi yang benar, membiasakan berdemokrasi dalam arti yang sesungguhnya. Yaitu sikap bermusyawarah, gotong royong, jujur, dan berwawasan luas yang bijaksana (membantu memberi pemikiran/solusi), bukan sikap hujat-menghujat, saling menyalahkan, dan menghalalkan segala cara untuk menonjolkan diri.
Jika para pemimpin intelektual dan tokoh keagamaan di Indonesia mengerti dan melihat bahwa akar masalah pendidikan sekarang dijalankan dengan sikap dan cara yang salah karena memang itu terjadi dari generasi ke generasi, sejak kanak-kanak sudah salah didik, sebagai prioritas tertinggi di atas kepentingan yang lain adalah sistem pendidikan yang harus dibereskan secepatnya secara tepat guna!
Dunia pendidikan harus menjadi prioritas utama, selain masalah korupsi yang menjadi virus yang meruntuhkan pertahanan (baca: keberadaan) suatu bangsa di negara yang luas bernama Indonesia. itulah PR (Pekerjaan Rutin) yang harus dikerjakan Kabinet Indonsia Bersatu di bawah pimpinan duet Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla.
Antara Aku dan Ibu
ESG – Jakarta
Kemarin aku menjemput anakku di TK-nya, tiba-tiba dia menyodorkan sepucuk kertas yang digulung dan dilekatkan dengan sebuah kado. Wah, surprise juga padahal ultahku masih lama banget kok tiba2 tiba dia ngasih kado. Saat aku akan buka gurunya kebetulan melihat dan bilang jangan dibuka sekarang, tapi nanti hari Minggu, soalnya hari itu tanggal 10 Mei dan di Jerman dirayakan sebagai hari Ibu. Aku langsung paham walaupun di Indonesia tidak pernah merayakan hari Ibu yang tau cuma hari Kartini.
Malamnya aku langsung teringat dengan ibuku, aku langsung berpikir, kira2 apa yang akan aku lakukan kalau hari ibu dirayakan di Indonesia saat aku kecil dan bagaimana reaksi ibuku. Hati ini langsung sesak. Yah, terus terang hubunganku dengan ibuku tidak begitu akrab, malah bisa dibilang kalau kami bertemu yang ada selalu bersitegang. Malah aku merasa saat ini aku mencapai titik terendah dalam hubunganku dengan ibuku, sehingga untuk menelepon pun aku malas dan lebih sering menelepon ke keluarga pihak suami.
Aku tidak tau kenapa hubungan kami begini. Saat ada teman yang bertanya pun aku tidak bisa menjawab dengan lugas alasannya. Aku hanya menjawab mungkin karena temperamen kami yang sama-sama mudah emosi, atau karena aku anak pertama. Namun saat aku gali memori masa kecil hingga remajaku. Dalam memori indah masa kecilku yang muncul selalu aku, ayah dan adikku. Dan sedikit demi sedikit aku mulai bisa merajut benang merah dan inti permasalahannya. sepertinya secara tidak sadar aku merasa bahwa ibuku tidak mau menjadi bagian dari hari-hari indahku dan adik-adikku.
Mungkin kokiers semua heran kenapa aku menyimpulkan demikian. Sebagai gambaran seperti ini. Saat kecil, biasanya pada hari Minggu kuturut ayah ke kota, eh salah ayahku mengajak kami ke kolam renang atau lari pagi, ini rutinitas yang jarang sekali terlewatkan tiap minggunya. Tapi dalam rutinitas ini ibuku jarang bahkan bisa dihitung jari mau ikut bersama kami. Begitupun kalau kami main ludo, ular tangga ataupun monopoli, hanya ada aku, ayah dan adikku, ibuku tidak pernah berbaur dengan kami. Apalagi kebetulan ayahku juga suka membaca majalah donald bebek, maka saat majalah ini datang acara rebutan atau baca bersama pun tidak pernah ada ibuku didalamnya, walau hanya untuk mengoda. Saat mulai sekolah di SD dan minta diajarkan pelajaran sekolah pun, semua langsung diarahkan ke ayahku, sampai waktu kecil aku pernah merasa bahwa aku punya ibu yang bodoh (tapi ternyata aku salah, ibuku orang yang sangat cerdas).
Sepertinya Ibuku hanya memikirkan bagaimana mengatur rumah agar enak dipandang dan mengatur menu apa yang akan dimakan hari ini, untuk hal yang satu ini tertutama dalam memasak aku acungkan jempol untuk ibuku walaupun memang kami punya pembantu sampai aku SMA. Namun kecerdasannya dalam memasak pun tidak bisa mendekatkan kami, dia tidak pernah mengajarkanku untuk memasak ataupun membereskan rumah. Aku dibiarkan melakukan apa saja yang penting tidak mengganggunya ataupun orang lain. Bahkan untuk mencuci piring pun aku baru belajar saat SMP karena sekolah di kota lain. Dan saat SMA aku kembali berkumpul dengan orang tuakupun keadaan tidak berubah, sehingga tanganku benar2 basah cuma saat mau makan.
Mungkin kokiers berpikir “wah enak dong bisa ongkang2 kaki”. No...no....no..! That\'s not good at all! Saat remaja saya merasa memang enak, tidak ada beban kerja di rumah, paling kalau mau lebaran or kebetulan gak ada pembantu aku kebagian kerja. Tapi akibatnya aku rasakan saat berkeluarga, aku bener2 gak tau urusan RT. Semua “nol besar”.
Dan saat yang mungkin menjadi awal kerenggangan hubunganku dengan ibuku adalah kekecewaanku saat aku mendapatkan tamu bulananku yang pertama. Saat aku mendapatkannya aku tidak kaget karena sudah pernah mendengar dari teman2 yang lebih dulu mendapatkannya. Kebetulan saat itu aku sedang liburan sekolah SMP dan pulang kampung. Aku langsung memberitahu ibuku, tapi apa jawaban ibuku, hanya “Oh...!” dengan sambil terus membaca majalah Sarinah-nya (sampai sekarang aku masih ingat majalah yang saat itu dia baca). Hatiku langsung hampa, sebetulnya aku ingin dia mengatakan hal2 lain yang saat itu aku sendiri tidak tau apa. Aku hanya merasa ini adalah hari bahagiaku dimana aku sudah benar2 menjadi wanita, namun ibuku tidak merasa perlu menganggapp penting hal ini, Tidak ada wejangan, tidak ada larangan, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi bercerita apapun kepada ibuku. Jadilah aku menjalani masa-masa remajaku seorang diri termasuk masalah berias dan merawat diri. Bahkan Bra pertamaku aku beli bersama ayahku (hal ini juga terjadi pada adik2 perempuanku dimana bukan ibu tapi ayah yang membelikan Bra pertama kali). Untuk membeli make up pun aku bilang ke ayah bukan ke ibu.
Begitu pula saat aku mulai dewasa. Saat mau kuliah hanya pesan dari ayah yang ada. Saat aku akan nikah, tetap tidak ada pesan darinya. Dan saat anak pertama ku lahir, juga tidak ada acara berbagi pengalaman. Semua kulalui sendiri sambil belajar. Tidak ada tangis bersama atau pelukan menentramkan saat aku sedih. Semua berlalu begitu saja.
Bahkan aku sekarang mulai kehilangan respek terhadap ibuku karena perlakuannya terhadap Ayah sejak usahanya hancur dan terkena stroke (walaupun tidak sampai melumpuhkannya tapi menyulitkannya untuk berpikir berat dan mengingat sesuatu). Ditambah lagi ayahku mengidap osteoarthritis berat. Namun sejak ayahku keluar rumah sakit, Ibuku sering uring2an karena tidak mau dia bekerja banting tulang sendirian sedang ayahku cuma duduk2 saja. Bahkan waktu di Jakarta dan harus menjemput ibuku di Pasar Senen menggunakan motor ayahku mengalami kecelakaan dan memperberat osteoarthritisnya. Tapi ibuku tetap tidak mau mengerti dan masih minta diantar jemput menggunakan motor dari dan ke warung makan yang ia rintis atau saat mau belanja, padahal untuk jalan pun ayahku kesulitan bahkan setelah itu ayah pernah jatuh di lampu merah karena kakinya tidak bisa menahan beban. Padahal aku tau ibuku lah yang boros mengeluarkan uang karena gengsinya yang tinggi dan masih mengikuti gaya hidup saat usaha ayahku masih jaya. Sedang ayahku sendiri sekarang pengobatannya terbengkalai karena uang yang ada (bahkan kirimanku pun) selalu dipakai untuk hal lain oleh ibuku.
Aku tidak tau apakah memang komunikasi yang buntu atau aku yang tidak mengerti sifat ibuku, yang pasti sampai sekarang terus terang dihatiku hanya ada rindu untuk ayah. Rindu itu bisa mengalirkan airmataku apalagi jika membaca artikel/cerita tentang seorang ayah. Tapi airmata yang turun saat membaca artikel/cerita tentang seorang ibu adalah airmata penyesalan mengapa ada jarak antara aku dan ibuku.
Sampai saat ini aku masih di negeri orang karena suamiku sedang bertugas disini, dan aku sudah mempunyai sepasang buah hati. Tapi mungkin tahun depan aku harus kembali dan masih belum tau apakah akan ada perubahan dalam hubungan kami. Aku menjadikan ini pengalaman agar aku tidak memposisikan diriku sebagai “pembantu” dalam rumah tanggaku sendiri yang hanya tau urusan lahir tapi tidak peduli urusan batin anak-anakku. Anak-anakku tidak hanya butuh makanan tapi juga siraman rohani dariku. Semoga sejarah tidak terulang padaku. Ami...n!
Warisan Orang Tua
Nyi Dch – Kanada
Halo Mak Z dan KoKiers semua...
Saya kembali mau bernostalgia menceritakan sebagian dari masa kecil saya. Yang mau saya ceritakan bukan warisan (alm) orangtua saya yang berupa harta peninggalan, kalo ini pppssst rahasia dong saya nggak bakalan ceritakan di sini (takutnya ada yang mintain hihihi...). Warisan orangtua saya itu adalah bakat saya yang saya baru tahu akhir-akhir ini KoKiers sebut dalangan. Saya pikir dulu dalangan itu hanya seputar kisah Ramayana dan Maha Bharata maklum saya nggak pernah sekalipun menonton ketoprak karena saya nggak ngerti bahasa Jawa hanya beberapa kata saja yang saya pick up dari sana sini. Saya memang senang bercerita aneh-aneh karangan saya sendiri dari dulu, biasanya yang senang mendengarkan ya hanya seputar teman-teman sekolah, teman kost ataupun orang kantor (eh pernah saya kerja teman-teman saya banyak orang Jawanya lho, tapi mereka nggak ada yang bilang kalo cerita saya ini dalangan, mereka selalu bilang cerita-cerita njelei (bener nggak sih tulisannya begini, artinya juga saya nggak tahu) ataupun khayalan-khayalan khas Dch yang emang mereka panggil biang kerok ataupun biang jahil...kurang asem)
Orangtua saya mereka tidak berasal dari Jawa tapi memang mereka telah lama tinggal di Jakarta papa saya semenjak kuliah dan mama saya dari lahir, mereka bertemu dan menikah dan setelah itu mulai mencetak anak satu persatu juga di Jakarta. Tapi di keluarga saya sewaktu papa saya masih hidup dan ada di antara kami, suasana rumah kental dengan unsur Sumateranya.
Nah papa saya ini punya kebiasaan mendongeng ataupun bercerita. Biasanya malam setelah kami selesai belajar bersama. Dongengan papa saya ini bermacam-macam dan biasanya karangan beliau sendiri dan keluar dari mulutnya otomatis saat itu juga, dan nggak pernah kepikiran dituliskan oleh beliau. Padahal papa saya sudah beberapa kali menulis dan diterbitkan oleh koran dan majalah lho, tapi tulisan beliau seputar tanam menanam karena memang itu hobi dan usaha yang beliau geluti. Dongengan yang papa saya ceritakan biasanya bersetting di tanah Sumatera pada zaman yang papa saya karang sendiri, dengan nama-nama tokoh ciptaannya dengan cerita juga asli khayalannya. Saya tahu ini setelah saya besar lho ternyata cerita-cerita papa saya itu bukan legenda asli tho hehe...
Perbedaan antara saya dan papa saya, dongengan beliau indah penuh kisah kasih dan cinta sementara dongengan saya cuma buat haha hihi aja plus saya memang viktor alias pikirannya kotor nggak tahu kenapa tapi jujur saya memang ngeres sementara papa saya wah dongengan beliau penuh kata-kata indah, penuh sajak, puisi, keindahan alam dan nggak pernah ada kata-kata kasar apalagi ngeres keluar dari papa saya. Banyak yang telah saya lupa, tapi ada sedikit yang masih agak-agak ingat, seperti gambaran salah seorang putri ciptaannya dengan panggilan putri bunga kenanga (karena kami punya pohon kenanga di pekarangan rumah) dan mata putri kenanga yang bulat, bening berair seperti mata Hetty Koes Endang (ini penyanyi favorit papa saya). Sehingga setelah besar saya kesengsem dengan laki-laki ganteng bermata bening berair dan saya ceritakan hal ini kepada teman-teman saya, "Aduh si BR itu matanya lho bening berair seperti mata Hetty Koes Endang". Eh yang ada teman-teman malah ketawa ngakak. Duh Dch merusak imajinasi aja masak ada lelaki, bule pula matanya kek Hetty Koes Endang hihihi...
Papa saya seorang lelaki yang romantis terbukti dengan panggilan kesayangannya kepada mama saya, beliau selalu memanggilnya dengan permaisuriku. Apalagi kalo mama saya lagi ngambek, papa saya akan berbuat seolah-olah pangeran kasmaran dari negeri antah berantah yang bertekuk lutut dan mulai berpantun dengan kata-kata yang terkadang bukannya terharu malahan bikin sakit perut tertawa. Membuat mama saya yang layak disebut ratu ngambek abad itu langsung meleleh juga dalam tawa. Saya juga bingung orang kok hobinya ngambek sih, ya mama saya itu, orang lain kan hobinya bercocok tanam atau berenang gitu hehe...
Papa saya walaupun romantis, puitis, humoris tapi pemberani. Di seputar komplek kami sudah biasa kalau ada maling, orang mabuk, orang berantem dan hal-hal seputar keonaran gitu mereka selalu panggil papa saya. Pernah lagi asyik-asyik tidur tetangga membangunkan karena ada maling, papa saya otomatis langsung lari mengejar walaupun hanya pake sarung sementara mama saya kebingungan aduh semoga sarung papa saya nggak melorot hihihi...
Pernah juga suatu saat kami semua 7 anak, 1 kakak saya tinggal dengan nenek. Biasanya kami ikut duduk di tempat tidur papa saya, karena terkadang beliau senang sambil leyeh-leyeh sambil dipijitin ramai-ramai sambil bercerita. Eh tiba-tiba sedang seru-seru dan tegangnya, tubuh kami semua terjatuh dan terdengar suara kencang gubrakkk. Sumpe semua beneran kaget...ternyata tempat tidur papa dan mama saya yang terbuat dari kayu ambruk hehehe keknya keberatan menampung kami semua. Sehingga malam itu papa dan mama saya tidur gelaran kasur di karpet dan besoknya papa membeli sebuah balok kayu untuk mengganjal balok kayu di bawah dipan tempat tidur itu. Yah lumayan untuk sementara sampai papa saya bisa membeli lagi dipan tempat tidur baru. Tapi semenjak itu kita nggak boleh lagi beramai-ramai naik di atas tempat tidur seperti biasanya.
Kegemaran ataupun bakat bercerita dari papa saya ini menurun kesemua anaknya. Ada salah satu kakak yang pernah tulisan dongengnya dimuat di salah satu koran edisi minggu zaman dulu saya udah lupa koran apa. Tapi ya itu semua orang di keluarga saya nggak pernah berniat menulis dijadikan serius, don’t ask me why saya juga nggak tahu. Wong saya aja baru tahu saya suka menulis gara-gara KoKi ini kok. Thanks to KoKi and many thanks to Mak Z. Ok back to papa saya, beliau bahkan menamakan ke-8 anaknya dengan nama-nama dari bahasa Sansekerta mungkin juga karena hobi beliau membaca Ramayana, Mahabrata dan Kho Ping Ho (hehe pantesan dongengan papa saya aneh campuran dari khayalannya plus campuran dari bacaan beliau keknya). Makanya banyak yang menyangka saya ataupun kakak saya orang Jawa karena mereka melihat dari nama kami.
Mengenai Kho Ping Ho, keluarga saya memang keluarga gila baca, segala macam buku, koran dan majalah ada di rumah. Nah papa dan mama saya selalu rebutan baca kho ping ho ini dan biasanya ini yang bikin mama saya sering ngambek karena papa saya suka bawa buku kho ping ho jilid keberapa gitu kekantor sementara mama saya juga saat itu lagi pas mau baca jilid yang itu, manalagi papa saya suka lupa ketinggalan itu kho ping ho di kantor wuih mama saya udah pasti bakalan ngambek. Belum lagi setiap kami anak-anaknya pamit tidur dan mencium mereka saya selalu lihat mereka berdua sedang asyik tenggelam bersama kho ping ho dan juga suka ribut. Mama suka bilang, "Ayo da cepet dong bacanya" atau papa yang mendesak mama, ""Udah papa aja dulu yang baca jilid yang ini, mama besok aja" dan bla bla bla sampe bosen kami dengernya terkadang malah mereka kejar-kejaran di dalam rumah berebutan si kho ping ho. Dan ini jadi kenangan kami sampe sekarang, membuat saya yang waktu itu masih kecil suka mikir, oh jadi orang tua itu masalahnya hanya seputar rebutan buku kho ping ho hehehe...
Berbeda dengan papa saya, mama saya ini juga specialist dalam hal mengarang cerita. Biasanya jatah mama bercerita di saat sebelum tidur siang. Tapi mama saya ini ada tapinya, beliau ini selalu mengarang cerita seram seputar setan and the gank. Kenapa begitu? karena beliau kepengen anaknya cepat tidur siang, karena terus terang susah membuat kami tidur siang selalu kepengennya main dan main terus. Nah menurut beliau cerita seramnya mampu membuat kami semua takut dan cepat tidur hehe...Walaupun setelah kami dewasa mama saya menyesal dengan apa yang dilakukannya dahulu dan memberitahu kakak-kakak saya jangan pernah menakut-nakuti anak dengan cerita-cerita seram, karena mama saya mampu dengan suksesnya membuat anak-anaknya beneran jadi penakut dengan setan. Dan papa saya nggak mengetahui akan hal ini. Duh kalau dulu beliau sampai tahu bisa-bisa kami 6 perempuan ditinggal di tengah kuburan (kakak laki-laki saya yang semata wayang dia sih nggak penakut tuh). Ya papa saya selalu mengajarkan supaya kami berani dan tidak cengeng, sayangnya papa saya meninggal di saat saya baru kelas 1 SMP.
Sampai kami besar bahkan sampai sekarang ada salah satu kakak saya yang setiap terbangun malam mau kekamar mandi harus membangunkan dan minta antar suaminya plus kalau suaminya harus keluar kota kakak saya ini akan minta ditemani tidur oleh anak-anaknya yang sudah remaja hehe ampun deh penakutnya. Eh saya juga begitu kok, waktu di kost saya selalu berusaha mencari teman sesama penakut untuk tidur bareng dan susahnya saat saya harus ikutan meeting atau ada acara di luar kota, mana di tempat saya kerja saat itu laki-laki semua. Saya sudah terus terang bilang sama si Bos kalau keluar kota saya harus tidur di hotel berdua dengan orang kantor lain walaupun mereka laki-laki saya nggak perduli. Saya selalu diketawain sih sama mereka, si Dch sok galak padahal takut sama setan dan nggak berani tidur sendiri hehe... Untungnya semenjak saya tinggal di Vancouver rasa takut saya menghilang sedikit-sedikit, ya karena nggak ada choice plus di sini kalau winter baru jam 5 sore aja udah hitam pekat dan di mana-mana sepi terpaksa saya jadi berani hiks hiks.
Seperti halnya papa saya, mama saya inipun jago dalam mengarang cerita. Saya juga baru tahu setelah saya tanya sama teman-teman lain dan mereka nggak pernah mendengar tentang cerita setan versi mama saya ini dan ini juga membuat saya jadi senang bercerita sama teman-teman di sekolah. Karena ternyata cerita setan berikut nama setan yang keluar dari mulut mama saya asli karangan beliau sendiri. Mama saya nggak bercerita tentang kuntilanak ataupun pocong seperti lazimnya cerita seram saat itu. Tapi setan-setan karangan mama saya itu aneh dan disesuaikan dengan keadaan.
Seperti setan tengah hari bolong, setan tukang kerupuk (karena dulu saya selalu mendekati tukang kerupuk yang mengantarkan kerupuk untuk warung di depan rumah dan kabarnya situkang kerupuk itu ganjen suka megang-megang anak perempuan kecil dan mama saya nggak mau saya jadi korbannya. Semenjak mama cerita ada setan di dalam tong besar warna biru khas tukang kerupuk jaman itu, saya nggak pernah lagi mendekati situkang kerupuk alih-alih langsung ngacir pulang kerumah begitu melihat situkang kerupuk dari jauh), setan gerimis, genderuwo culik anak kecil yang nggak mau tidur siang, setan galah bambu (saya lupa karena apa), setan di gudang kantor papa (dulu saya dan teman-teman bandel senang main di gudang kantor papa yang letaknya nggak jauh dari rumah semenjak itu saya dan teman-teman nggak ada lagi yang mau main di situ) sampai setan minta tempe (hihihi saya juga lupa ini karena apa, yang saya ingat hanya gaya mama saya menirukan gaya setan ini...minta ...minta tempe..hahaha zaman dulu asli bikin saya takut setengah mati sekarang saya jadi malu sendiri it’s so ridiculous).
Hanya itu yang masih mampu saya ingat, ada banyak sekali setan berikut cerita mencekam kreasi mama saya. Bahkan beliau mencampurkan cerita setan dengan cerita sang kancil. Bukan sang kancil mencuri ketimun cerita yang lazim saat itu tapi cerita sang kancil yang nakal diculik oleh sisetan. Bagaimana sang kancil yang nakal nggak mendengar nasihat ibunya bertemu setan. Dan juga beliau bercerita sang kancil sangat nakal makanya nggak bisa masuk sekolah dan ikut belajar seperti kami-kami saat itu hehe... Dan lucunya cerita sang kancil ini terus diceritakan dengan berbeda variasi sampai sekarang oleh kakak saya. Saya mendengar sendiri salah satu kakak saya sedang membujuk anaknya yang masih kecil dengan bercerita sang kancil yang sangat nakal sehingga hari minggu nggak boleh ikut jalan-jalan ke mall hehehe...sejak kapan sikancil seneng mejeng di mall.
Saya bersyukur ternyata papa dan mama saya walaupun umur keduanya pendek tapi kesan, pesan dan warisan yang mereka berikan kepada kami membuat hidup kami penuh warna. Saya nggak marah dan menyesal kenapa dulu mama saya membuat kami jadi orang penakut dengan hal yang berbau mistis, menurut saya itu hanyalah naluri seorang ibu sederhana pada zaman itu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Ya zaman dulu kan belum seperti sekarang pendidikan dan komunikasi gampang dan sangat terbuka. Sekarang apabila saya ataupun kakak saya menceritakan cerita seram versi mama saya duh anak kami bukannya takut malahan akan tertawa dan mungkin minta ditunjukin setannya. Saya malahan amat berterima kasih kepada kedua orang tua saya akan bakat yang mereka berikan sehingga saya pun bisa menghibur KoKiers semua.
Dan sekali lagi saya juga berterima kasih karena KoKi dan Mak Z lah yang membuat saya tergerak untuk menuliskan cerita-cerita aneh khayalan seorang Dch.
pertama .....kali ?
Another silent reader (bumi khatulistiwa)
Oooo...Nyi Dch: ternyata gawan bayi tho...(bawaan orok) n warisan orangtua....hehehe...sikasikasik....ndalangnya yang lain ditunggu yaaa....
Srikandi: tulisan yang cukup mewakili apa yang perlu menjadi perhatian di sini...saya dulu pernah menulis juga tentang pendidikan di Indonesia, ya begitu itu lah....
ESG: tulisan yang apik dan menyentuh....terima kasih sharing di sini....
ketiga?? kok sepi??
baca dulu aaaah...
(Nieky)
Mbak Srikandi : tulisan yang apik, buat pencerahan.
ESG : nice article.
Nyi Dch : pantas pintar bikin cerita dalangan, mantap.
Mbak Srikandi, ESG, Nyi Dch, thanks for sharing :)
Ikutan mo ngabsen/ balapan nih ... ( Dapat nomor 5 juga , nggak papa )..
Viva Koki & Kokiers nya .
Jedeeeerrrr....jeng Dch potonye gede bangeeedd ini kok kya iklan anak hilang hihihi...pantes ya emang lu bakat ngedongeng, asal masih berdasar kejadian sehari2...kan byk tuh di sini yg berimajinasi yg berujung bokis abis ya jeng! ceile mata bening berair...coba kita google potonye Hetty Koes Endang. eh si embem jg bening berair sih tp ujung2nya belekan hehehe
ESG: orangtuaku jauh dari sempurna..but then saya juga bukan anak yg sempurna buat mereka..all I knew, they had tried their best..saya jg dulu sering banget berpikir, ko mama-bapakku ngga begini begitu, unlike orangtua2 lainnya..oh well, the grass is always greener at the neighbour's..must keep up with the Johnsons...right? :)
Mbak sri, tiap ajaran baru banyak ortu yg stres ya, stres mikirin biayanya hix...
Mbak ESG, hmmm..ceritanya menyentuh sekali, tapi lebih baik komunikasi dari hati ke hati daripada memendam kebencian, apalagi ama ibu sendiri (aduhhh maaf kok jd menggurui hehe..)
Nyi, buah jatuh tak jauh dari pohonnya ya, yg aku kagumi kepintaranmu mengolah nama hihi
soryyy komennya satu2 gini, abis tadi dah komen banyak malah error hix...
Mutu photonya makin menurun aja rupanya..
Tolong tampilkan photo-photo yg lebih keren dong biar enak ngeliatnya...
ABSEN ach (ti di cariin Farvel nih, sok GR deh)
Jeng Sri, jadi menurut jeng, solusinya gimana? heheh....Aye dulu waktu jadi mahasiswa gak pernah ikutan demo kok, paling demo masak kali yaak, hahaha.
ESG,Mungkin ibunda tercinta tidak tahu bagaimana jadi ibu yang ideal, yang anak2 nya juga pengen diisi rohani , kasih sayang, gak cuman tau beres doank, hehehe. Kalau aku dengan ibundanku memang cara berfikirnya berlainan, jadi hobi ngeyel2an, hahaah, tapi tetep juga sayang tuuh.
Jeng Nyi, wuakakaka, enak beeng yaa, punya hobi ndalang, KOKI mang beruntung deh kedatangan dalang sejati Nyi, hahahaha.soalnya aku gak bisa ndalang , senengnya denger orang ndalang, hahahaha.
hi hi hi...Nyi Dch, cerita setan nya membuat saya ketawa ketiwi...
Dulu ada juga sepupu saya (anak pak lik) yg umurnya 10 th lebih tua dr saya, perempuan..sekolahnya suka nggak naik..tapi pandai ngarang dongeng..kasihan, mentang2 sekolahnya seret..kayak dijadikan tukang masak di rumahnya..kalau minta ditemani masak di dapur, kadang panggil saya (rumah deketan), "Mas..ayo tak dongengke"..pakai bersambung berhari-hari pula..ngarang habis..
#esg
ada buku "whoever you are, i love you mom" dari iris krasnow. Kita tidak sendiri...
#nyi Dch : hahaha ceritanya saya banget jaman kecil...ibu dgn caranya mencintai anak2nya. Hanya perlu waktu buat kita untuk memahaminya. Saya saat ini masih sering mendongeng tukang rondhe yang berkeliling mencari anak kecil untuk di ajak jualan malam2..soalnya si kecilku selalu telat tidur malamnya. Buru2 tidur kalau sudah mendengar denting tukang rondhe dari jauh..hehehe gak tahu apa jadinya besok cerita ini berlanjut ke anaknya..hehehe semoga yang baik saja.
Srikandi >> setuju banget! Sistem pendidikan kita memang memprihatinkan. Anak2 SD sekarang sudah banyak yang stress krn sepulang sekolah ternyata masih harus ikut les ini-itu yang diajarkan oleh para gurunya juga!
Jaman kita dulu, buku2 dari kakak/kakak kelas masih bisa digunakan dan diwariskan kembali kepada adik2 kita. Jelas ini meringankan beban ortu. Sekarang ini tiap naik kelas harus beli buku baru. Ternyata ada kong kalikong dgn penerbit2 tertentu yg memberi 'komisi' kpd sekolah/guru2.
Pembentukan Karakter juga nampaknya diabaikan oleh tiap menteri pendidikan. Siswa-siswi hanya dinilai kepandaian akademiknya saja, tapi mental dan karakternya diabaikan...
Semoga situasi ini bisa segera berubah demi generasi berikutnya yang lebih baik.
ESG >> Mungkin Ibu memang gak pandai bicara & berkomunikasi, tapi dialah sutradara merangkap produser di balik lancarnya relasi ESG cs dgn Bapak. Ibu sadar "kekurangannya" itu tapi memberikan cintanya lewat "kelebihannya" dlm mengatur logistik dan masakan. Di situlah kolaborasi/team-work Bapak & Ibu.
Mumpung masih sempat, ada baiknya ESG ambil inisiatif dan tindakan proaktif membahagiakan. Tak ada Ibu yang sempurna, tapi Ibu ESG telah memberikan yang terbaik dari dirinya untuk Bapak sbg team-mate dan kepada ESG cs sebagai buah hatinya.
Maaf, aku juga cuma sharing kok.
Nyi Dch >> pantesan... rupanya memang punya warisan terpendam toh. Ayo Nyi, kami tunggu episode2 lainnya. Koki memang hebat kok, bisa memunculkan banyak hal terpendam lainnya (tp hal2 negatif sih baiknya biar tetap terpendam ya... gak perlu dikeluarin tuh!).
Makasih banyak buat yang udah upload artikel saya Mak Z ataupun Kang Prabu atau yang lainnya dan makasih banget-banget akhirnya foto saya yang segede alaihim buat nakut-nakutin dhemit dihilangin I really appreciated very much. Makasih buat yang udah ninggalin koko : Anonim, mas Buto, Nieky, Ariana, Om Sirpa, jeng Phie, Lyna Kuwait, Mbak Dewi Meong, Ilham Samudra, Des, anakD3s4. Mudah2an saya bisa lanjutin cerita gado-gadonya lain kali yah..makanya kokiers buat hal yang heboh-heboh dong biar Nyi dalangnya bisa dapat idea.
ESG : Sekedar saran aja ya...bagaimanapun ibu adalah orang tua yang telah mengandung dan melahirkan kita kedunia ini. Apalagi ibu-ibu zaman dahulu diIndo memang banyak yang berpandangan masih tertutup. Kita juga harus menyadari dengan kondisi likungan diIndonesia pada zaman dahulu dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada untuk kaum ibu membuat mereka seperti itu. Hal itu karena keadaan, saat ini sudah banyak kaum ibu yang berpikiran terbuka dan mengerti bagaimana bersikap karena keadaannya sudah berbeda. Mungkin ada baiknya ESG yang telah lebih mengerti bagaimana bersikap sebagai ibu yang baik lebih dahulu mendekatkan diri dan berusaha terbuka dalam berkomunikasi dengan ibumu. Believe me ibu kamu itu sebenarnya amat sangat mencintai kamu cuma ibumu nggak tahu harus bagaimana mengekspresikan dan mengeluarkannya. ESG kamu akan sadar betapa berharganya sesuatu entah itu barang kesayangan apalagi orangtua kita sendiri disaat kamu telah kehilangan mereka. Jadi Please dont waste anymore time. sorry bukannya saya sok tau apalagi menggurui.
Dch beruntung dapat warisan ngedalang dari Ayah dan Ibu. Itu setan tempe mungkin karna Dch suka ngemilin tempe mulu sampe Ibu gak kebagean. Suer Ibunya kreatif banget nyiptain dunia persetanan.
@ Srikandi
Kokier yg demennya menghujat rupanya bisa juga ditilik dari latar belakang pendidikannya, kadang saya merasa malu jika membaca komentar2 dari kokier yg isinya hujatan secara tendensius, untungnya yg memiliki sifat demikian hanya sebagian kecil dari kokier yg ada, paling2 cuma "itu-itu" saja pelakunya.
Hanya masalahnya adalah akan menciptakan kesan yg kurang baik pd komunitas kita ini...
Lucyana
Makasih Z, ternyata tulisanku lolos juga, kirain bakalan diapkirkan, habis kayaknya bertentangan dengan semangat hari ibu sih. Tapi mau apa lagi memang itu lah kenanganku tentang ibuku.
@ Twinsmom n Dewi Meong, aku juga sadar bahwa tak ada yang sempurna ataupun ideal di dunia. Tapi apapun usahaku untuk menjadi anak ideal di mata Ibuku agar dia mau sedikit merengkuhku dalam pelukannya sebagai pernyataan bangga atau bahagia, tak pernah membawakan hasil. Jadi kadang aku lelah sendiri.
@ AnakD3s4 (bilang aja sih anak ndeso, bikin bingung pertama bacanya, ini maksudnya apa, he...he...). Makasih commentnya, suatu pemikiran yang cukup mencerahkan, mungkin memang aku yang harus lebih mendalami makna kedekatan dalam keluargaku. Karena aku sendiri memang tidak terlalu bisa membahasakan perasaanku, tapi bercermin dari masa kecilku, aku berusaha sedikit demi sedikit merubahnya agar pengalaman ini tidak terulang pada anak2ku. Jadi aku mulai dini membiasakan memeluk dan menciumnya apapun hal yag dia anggap merupakan keberhasilannya. Mau dia berhasil turun dan pelosotan, dia bisa ambil susu sendiri di kulkas, atau apa saja kujadikan ajang memberikan hadiah walau hanya pujian dan pelukan.
@ Lyna Kuwait n Nyi, makasih sarannya. Saat ini aku tetap berusaha menata hati untuk bisa dekat ke Ibuku. Semoga kedepan akan ada perubahan dalam hubungan kami. Aku juga tidak mau menyesal setelah semuanya terlambat. Doakan yah.
Sebenarnya ESG ini bukan anak biologis dari sang ibu, jadi sangatlah wajar jika ibu ESG kurang peduli dengan perkembagan anda dan adik anda. Dikarenakan ayah anda sekarang banyak berkurang ingatannya, maka coba ESG tanyakan ke pihak2 yg mengerti ttg seluk beluk diri ESG sendiri, semisal nenek, tante, dan jika diperlukan bisa ESG tanyakan juga ke (maaf) panti2 asuhan. Demikian saran saya, semoga berkenan.
@ Magdalena, aku ngakak sendiri baca comment mu. Wah kalo kamu liat aku n ibuku bakal gak bisa tulis begini, soalnya aku n ibuku tuh kayak anak kembar, bahkan waktu aku kuliah dan kembali ke tanah kelahiran ibuku tanpa aku memperkenalkan diri orang dikampung sudah pada tau aku anak siapa. Jadi analisa ini gak bisa diterima, he..he..!
Dch, aku senyum2 sendiri ngebayangin tempat tidurnya ambruk hehheh. Jadi tau rahasia dibalik kemampuan mendalang nya Dch :)
ESG, mungkin ibu anda termasuk yang kurang bisa mengexpresikan perasaannya. tapi bukan berarti tidak mencintai anda. Aku bisa mengerti perasaan anda. Pasti sedih ya dan merasa tidak dicintai. tapi bagaimanapun beliau ibu anda. jangan putus asa untuk tetap mendekatkan jarak.
Untungnya pengalaman anda dengan ibu anda ternyata membuat anda lebih mengerti keinginan seorang anak ya.
@srikandi: nice artikel, ...standar pendidikan di Indonesia belum merata; sayangnya UAN malah dibuat merata. Setujuh, outputnya bisa dilihat di mahasiswa kita: yang paling lucu adalah baru2 ini demo tidak terima wapres SBY a/ Budiono, lah kok gitu aja reffot..khan tinggal pilih capres yg lain; bener2 buang energi...
@ESG:mungkin mamanya produk konvensional yang tidak bisa terlalu memperlihatkan kasih sayang, tapi yakin deh dia sbnrnya sangat menyayangi anak2nya, kalo enggak buat apa dia kerja keras banting tulang. Gimana kalo ESG mulai move duluan; teman saya punya pengalaman yg nyaris sama dgn ESG,suatu saat dia pulkam dia bawain beras kemasan (gak banyak cuman yg 10kg-an) eh ternyata mamanya sangat tersentuh sampai menangis; padahal kalo lihat standar hidupnya mungkin beras itu tidak ada artinya.
Sekedar usul, spy mamanya tidak terlalu "menyiksa" papa yang sakit...gimana kalo ESG carikan tenaga buat membantu mama mondar-mandir, jadi papa bisa istirahat. Misalnya teman saya yg lain ada yg membayar tukang ojek bulanan spy bisa anter mamanya kemana-mana....
@Nyi: oh bakat ndalangnya turunan banget ya, eh setan tempe ada beneran lho: anak tetangga baru umur 3 tahunan kalo lagi makan nasi pake tempe, sering ilang tempenya kata dia sih diambil temannya yang setan....tapi si anak ini memang punya indra ke 6 gitu, jadi kita percaya aja.
ESG: saya pernah di situaasi yang sama seperti Anda. Ibu saya berpikir bahwq nengurus rumah, dan menjamin tersedianya makanan itu jauh lebih penting daripada siraman rohani. Tapi sebelum sebelum saya sampai ke situasi yang Anda sekarang, saya perbaiki relasi saya dengan ibu, meski sulit. Setidaknya ibu mulai bisa lebih bersahabat sekarang.
Srikadi saya ini juga mahasiswa, lho, tapi saya enggak pernha setuju untuk ikutan demo yang baru sekedar bisa mengkritik tanpa paham betul apa yang dikritiknya. Sayang saja, adk-adik saya sesama mahasiswa lebih sukan turun ke jalan daripada elajr yang baik menimba ilmu.
Nyi Dch : saya tidak pernah takut sama setan sebab setan dan kawan-kawannya itu yang takut sama saya, hehehe. tapi yang saya takutkan adalah artikel saya yang mengupas 3 cewek di Mahabharata urung tayang di KoKi karena mungkin akan bikin heboh, jadinya saya akan dianggap meyaingi para ki dan nyi dalang, hahaha *just kidding*
Linda PT
lindacheang(google)
@ Alexa
Usul dari Alexa baik juga, dengan cara Ibuku dicarikan ojeg bulanan buat ngebantu antar Ibuku bepergian, nanti Aku bicarakan hal ini dengan ibu, dan Aku rasa solusi ini baik bgt, hanya masalahnya skrng pd Ayahku, krn terus terang Ayahku orangnya cemburuan, makannya biar dikala keadaan sakitpun Ayahku tdk ingin jauh2 dari Ibu.
@ Linda PT
Terima kasih masukannya, sebenarnya adlah bukannya aku pasif akan hal ini, aku telah berusaha semaksimal mungkin untuk dekat dengan ibuku, namun memang pada dasarnya watak dari ibuku yg boleh dibilang keras kepala dan kurang mau mendengar masukan dari anak-anaknya. Sebagaimana hubungan yg normal dlam sebuah keluarga, aku juga ingin memiliki suasana yg akrab seperti yg diceritakan Nyi Dch ttg keluarga besarnya, benar-benar indah dan mengesankan..
Namun ternyata sifat ibuku alain dengan sifat2 yg dimiliki ibu2 lainnya, jikalau kelak ibuku meninggal, tak ada kesan mendalam yg layak aku kenang dari sosok seorang ibu.
@ Wyd, makasih sarannya. Sebenarnya aku telah sekian lama mencoba mendekatkan diri ke ibuku saat dulu masih bersama, namun tak ada respon yg aku harapkan. Apalagi skrng aku terhalang akan jarak, tentunya makin berat saja usaha untuk kembali mendekatkan diri pada ibuku, namunpun begitu aku akan mencobanya lagi, makasih yah.
Hihihi..mbak Dewi meong udah duluan jd gak perlu di absenin...
Tuk Srikandi...apa yg km blg semua benar..sgt memprihatinkan dgn sistem pendidikan kt.
ESG-> Aq jg py teman yg py mama,gak ada perhatiannya sedikitpun kpdnya..sampai2 dulu dia blg sambil menangis mgkn dia gak anak kandung mamanya..Sedih bgt wktu mendengar kisah pilu dia dgn mamanya yg gak seakrab anak2 dgn mamanya pd umumnya,tp setelah dia menikah, untung py suami yg sgt mau membantu menjalin keakraban hubungannya dgn mamanya kembali. Skrg mereka mulai memperbaiki hubungan yg akrab. Rupanya alasan mamanya dulu yg gak mau dekat dgn anak2nya karena terdorong masa lalu mamanya yg sgt segan sm ortunya. Jadilah mamanya menganggap kalau jaga jarak sm anak2, anak2 akan menjadi segan terhadapnya..benar2 salah karena seperti pengalamanku sendiri walaupun hubunganku sm mamaku sgt dekat tp aku sgt menghargai beliau sbg ibuku..
Saranku nih...ceile..coba aja setelah kembali ke indo mulai utk mendekatkan diri melalui cucunya (anak2 km),ajak mama km utk bercerita bs jg sambil jjs ke mall,dll. Aku yakin mamamu py hati nurani seorang mama..yg gak jauh beda sm mama2 yg lain diseluruh dunia...ok..
Nyi Dch-> memang kenangan2 masa2 kebersamaan sm ortu gak pernah terlupakan sepanjang wktu..kalau aq papaku meninggal wktu aq msh bayi jd gak mengenal sosoknya. Mamaku jd singel parent utk aq dan saudara2ku..Sm jg sprti km mamaku sering mendongeng tp gak yg serem2..dongengan mamaku selalu ttg putri ratu, burung cantik,bahkan sampe skrg aq msh ingat semuanya..hehehe...kelak kok py anak ada yg mau diceritakan..hehehe..Tp lain dgn kk ku yg selalu cerita seram2 sm anak2 nya utk spy cept tidur siang..jadilah skrg semua keponakanku penakut habis..tuh gara2 kk ku yg selalu cerita seram2..
Utk Srikandi-ESG-Nyi Dch-> thx udah sharing disini...
Salam..Farvel
Trims kepada Zev dan team yg bekerja utk rumah sementara kita ini.
Trims pada semua yang baca dan menulis responnya, maaf ngak bisa membahas satu persatu, kalau baca koko yang ada disini, serasa dirumah lama yah, saling merespon dgn akrab. seneng bacanya.
khusus untuk Lucyana, seperti anda tulis untung yg suka menghujat itu sedikit (itu lagi itu lagi), jadi untuk apa dipikirin, 'kan masih lebih banyak yg baik2 hahahaaa. tapi saya kurang setuju dgn pendapatmu, bahwa org yg demikian krn pendidikannya, jujur aja pendidikan saya sangat minim, sedang kokiers semua rata2 sarjana, Mungkin karakter lbh dipengaruhi atau ditentukan oleh lingkungkan, kebetulan dilingkungan saya mendapat pelajaran positif, contohnya, jika saya mengadu pd mama atau papa, ada temen yg jahat (memukul atau merampas alat tulis), maka mereka menyuruh saya mendoakan supaya dia berubah menjadi baik, bukan melawan atau membalasnya. Trims atas komennya. salam kenal
pendidikan di Indonesia memang sangat memprihatinkan, maka tdk heran banyak anak pinter kita diambil alih oleh negara lain. peran orang tua harus proaktif tapi bukan ambisi utk membuat anak lebih stres lagi dgn harus begini dan begitu, tapi pinter2 cari sekolah yang lbh cocok dgn keadaan anak, bukan memaksa anak utk jd yg terhebat versi ortu.
ESG, sedih baca kisahmu, semoga ada keajaiban terjadi, dimana anda dan mamamu bisa saling mendekatkan hati, jauh dimata asal dekat dihati. sayapun dgn anak2 sering berantem, krn sistem demokrasi terbuka antara saya dgn anak2 tp kita satu dgn lain dekat secara emosional, walaupun jarak kami berjauhan, anak2 tinggal ditempatnya sendiri2, jika keuanganmu memadai coba bantu mereka dgn memberi tenaga perawat utk papamu juga memberi sopir dan kendaraan yg bisa memberi kenyamanan utk mereka beraktivitas, krn di jakarta sgt berbahaya berkendaraan motor terutama utk org tua.
Nyi Dch, duh KOKI untung banget punya dalang cantik dan pinter, ternyata siapa dulu bapaknya hahahaaa.
Sy setuju dgn komentar Srikandi, agar ortu pandai2 cari sekolah yg cocok dgn keadaan anak, bukan memaksa anak menjadi yg terhebat versi ortu.
Sy jadi teringat buku Toto Chan, tentang sekolah yang ada dlm buku itu, dimana anak2 bisa bebas belajar n bermain.
Sy kadang ngeri memikirkan anak2 sekarang, dimana tak ada waktu luang sama sekali untuk bermain, karena hari2nya diisi dengan les, les dan les. Semoga tak ada 'manusia robot' yang tercipta, dari hasil didikan seperti itu.
Another silent reader (bumi khatulistiwa)
ESG.... pengalaman mu hampir sama dengan pengalamanku, dan sampai sekarang pun saya masih sulit mengatasi perasaan marah, kecewa dengan sikap ibu yang sangat "get on my nerve". Easy to say that she's just a human being and we have to forgive her because she gave the best of her/has conceived us for 9 months yadda..yadda....kalau kita tidak pernah mengalami hal yang sama.
Tante saya (kakak ibu) adalah sumber inspirasi dikala saya marah dengan ibu. Dia selalu berkata: Memang sulit mengalahkan rasa kecewa, marah karena perlakuan ibu dimasa lalu. Tapi selagi dia masih hidup, cobalah memberikan yang terbaik supaya ketika dia tiada, kamu tidak menyesal seumur hidup. Mungkin tidak seperti hubungan ibu-anak yang mesra & hangat, tapi kamu bisa memberi perhatian dengan menelpon dia sebulan 2 kali, waktu dan emphaty untuk mendengar cerita2nya (ngga usah dimasukkan kehati....), kartu ucapan atau hal2 kecil lainnya. Ibu kamu mungkin tidak memiliki communication skill yang baik, atau kurang ekspresif, tapi percayalah dia sangat mencintai mu. Kalau ngga' , mana mungkin kamu lahir dan menjadi orang berpendidikan.
Good advices. Saya sendiri mulai mempraktekkan hal2 ini, dan berpegang pada satu doa:
O Master grant that I may not so much seek to be consoled as to console;
to be understood as to understand;
to be loved as to love.
For it is in giving that we receive;
it is in pardoning that we are pardoned;
and it is in dying that we are born to eternal life.
Sulit, tapi ketika saya menjalankan nasihat tante saya, saya merasa kemarahan dan rasa kecewa terangkat. It's a healing tool for my soul. This is just my two cents, moga2 bisa bermanfaat.
@ Mbak Srikandi: Karena pengaruh globalisasi, pendidikan sekarang lebih diarahkan ke spesialisasi satu bidang. Dampak negatifnya, banyak orang pinter tapi melihat dengan perspektif ala kaca mata kuda. Menjadi orang pinter mungkin gampang....tapi menjadi intelektual yang punya "depth"…. ini tantangan yang sulit.
@ESG: Trims banget buat ceritanya. Semoga bisa jadi peringatan dan renungan buat semua ibu-ibu yang ingin berbuat yang terbaik untuk anak-anaknya.
@Nyi: Tulisannya jadi mengingatkanku pada papaku juga..... Papanya persis banget dengan papa saya deh. Waktu kecil, saya terbiasa dengan dongengannya......yang selalu disertai pesan filosofis di baliknya yang bisa dibahasakan dan disampaikan dengan simpel sehingga bisa dicerna oleh anak kecil. Setelah dewasa, baru ngeh, semua cerita itu ternyata dalam maknanya.
Salam hangat dari Walentina Waluyanti.
Srikandi Bogor, Hey There Salam Kenal:) Memang Pemerintah kita kurang peka dengan pendidikan :( Nyatanya banyak Sarjana n Dr. kita memilih bekerja di luarnegeri dari pada "mengabdi" pada Ibu Pertiwi. I think karena, mereka "kurang" di hargai sama Pemerintah kita-Indonesia :(
ESG Jakarta, Salam kenal from Muti. (kalau boleh, please kirim email ke: muti0105@hotmail.com:) My Mother pass away when I was 12yrs old. I bitterly regreted whatever I've done to make her upset :( so... Please...please... Be Good to your Mom yg telah berjuang life/death Melahirkanmu :)Peace...
Nyi Dch, Ternyata Apple won't fall far from the tree Huh? Like Father Like His Princess :)Hehehe... Koki tanpa Nyi Dch kayak Pizza tanpa Cheese Euy! Hi..hi..hi.. Selamat Berkarya Nyi! Thanks :)
ngantuk... *komen gak jelas*
@ Farvel
thx ya sarannya, rencananya akhir tahun ini aku dan suami akan berlibur ke Indonesia, tapi yg pertama2 aku singgahi nanti adalah rumah mertua dulu, coz anak2 rewel katanya udah kangen sama eyang.. Terus terang anak2ku lebih dekat dgn orang tua suamiku (eyang) daripada ke pihak keluarga besarku. Mungkin ini yg dinamakan karma, sehingga anak2ku tak begitu akrab dgn ibuku, entahlah.. namun yg pasti tentunya aku nanti juga akan singgah ke rumah ibu sebagai bukti anak yg berbakti pd orang tua.
@ Srikandi
Makasih sarannya, sangat baik sekali saran yg diberikan, namun aku khawatir jika niatan baik itu (menyedikan perawat untuk Ayah, dan mencarikan sopir untuk Ibuku) malah menimbulkan permasalahan baru, krn type ayahku yg cemburuan tentunya menciptakan suasana buruk jika tau ibuku bepergian dgn sang sopir tiap hari. Namun bagiku itu mrpkn saran yg bagus, dan akan aku pertimbangkan sisi baiknya, makasih ya..
@ SunnyCA
Kita senasib rupanya... Ok, saranmu sebenarnya udah aku coba jalankan dgn menelpon ibuku tiap bulan, namun penerimaannya beda sekali dgn ketika aku menelpon ibu mertua yg disapa dengan hangat layaknya anak kandung sendiri...
Hi Kokiers, aku bingung neh, kok ada yang pake namaku utk balas koko yah. Padahal koko terakhirku cuma utk Magdalena. Memang sih kokonya gak jelek tapi maaf itu bukan yang ada dalam pikiranku. So, kalo mo kasih koko pake nama sendiri yah.
BTW utk kokiers yang comment, diborong aja deh tanggapanku yah. Yang pasti ibu mertuaku sudah meninggal n kami gak mungkin pulang ke Indo cuma utk liburan karena faktor biaya. Jadi kalau pulang benar2 utk pulang habis karena tugas suami yang sudah selesai. Trus kalo pulang kami harusnya ke rumah ortuku dulu karena t4 tugasku n suami di provinsi yang sama dengan mertua jadi dia bisa belakangan. Satu lagi anakku gak panggil kakek/neneknya eyang lho.
Masalah ojek sudah aku usulin, yang jadi masalah bukan tidak ada yang membantu tapi memang ibuku yang gak mau dia bekerja tapi ayahku cuma ongkang2 kaki, jadi dia gak mau pake ojek atau diantar pembantu. Sekarang, sejak 2 bulan terakhir ayahku punya usaha baru yang cukup profitable, malah ibuku sekarang yang tutup warungnya padahal sudah mulai ramai. Alasannya macam2, capeklah, malas karena tetangga warung rese lah, mau bantu ayahlah, etc. Padahal kenyataannya dia cuma mau jalan2 karena sejak buka warung dia gak bisa kemana2. Jadi kemarin hampir sebulan dia tinggalin ayahku, padahal aku sudah wanti2 jangan pergi terlalu lama karena pembantu cuma ada siang n kalo malam ayahku bener2 sendirian.
@ Sunny CA, makasih sharing pengalamannya. Kamu beruntung punya tante yang bisa dijadikan tempat berbagi diluar orang tuamu. Keluargku sudah merantau ke Sumatera sejak kami kecil n kami gak punya keluarga dekat disana.
Utk yang lain makasih saran n kokonya. Semoga kedepan hubunganku dgn ibuku bisa membaik. Sepertinya saran memberikan perhatian kecil ke ibuku bisa dipertimbangkan yah sebagai pembuka jalan pembicaraan kami. Sebenarnya aku telepon ke Indo rutin 2 minggu sekali. Tapi kalau aku ngomong ke Ayah bisa ngalir sedang dengan ibuku sepertinya kok ada perasaan mau cepat selesai n kaku bicaranya. Sekali lagi thanks semuanya.
Terlepas untuk Kokiers percaya ataupun tidak, namun yg pasti semua koko diatas bukan aku yg posting.
untuk ESG yang penulis artikelnya, saya pikir ibu Anda bukan satu-satunya ibu yang berwatak keras. Saya banyak kenal beberapa ibu berwatak seperti ibu Anda dan ibu saya juga termasuk salah satunya.
Saya hanya bisa berikan masukan bahwa mumpung ibu Anda masih diberi umur panjang, coba Anda terus dekati beliau, karena siapa tahu, sebetulnya ibu Anda dipengaruhi gengsi sebagai orang tua, untuk terus menjaga wibawanya di mata anak-anaknya atau mungkin ibu Anda tidak tahu bagaimana bersikap hangat pada anak-anaknya.
Kenapa bukan Anda saja yang memulai mencairkan kekakuan relasi Anda dengan ibu Anda? Yakin, pasti usaha Anda akan bisa mencairkan sikap ibu Anda. Saya tahu karena saya juga mencobanya. Memang tidak akan secepat seperti yang Anda inginkan tetapi niscaya, kasih Anda yang besar dan tulus pada ibu Anda akan mampu meluluhkan hati ibu Anda sekeras apapun itu.
Awali dengan setulus hati Anda mengampuni ibu Anda lebih dulu.
Maafkan kalau saya sepertinya menggurui Anda.
Linda PT
lindacheang (google)
Aduh, keknya dhemit masih bercokol di Koki yah. Plz dong ah, masa di dunia maya juga gak bisa bikin nama sendiri?
ESG (asli, sumpah deh)
Makasih Linda PT, memang kayaknya harus aku yang mulai lebih dulu. Mungkin memang gengsinya yang terlalu tinggi jadi akrab dengan anak dia anggap bisa menurunkan wibawanya.
Semoga kembaranku gak muncul lagi yah. Kalo masih ada, plz ah, masa di dunia maya juga pake nama orang lain, gak kretip, tip, tip banget seh.
ESG (Asli, sumpeh deh)
Lho, kok koko ku terpotong yah. Cuma mo bilang thanks utk Linda PT n semua yang kasih saran. Sepertinya memang kekerasan gak bisa dilawan sama kekerasan. Aku akan coba cari celah utk memperbaiki hubungan kami, doakan semoga sebuah membaik sebelum terlambat.
ESG (asli lho)
okay, ESG (yang penulis asli artikelnya), bukan yang versi dhemit. selamat berjuang dan semangat, ya.
doa dan harapan saya menyertai Anda, kiranya Anda dan ibu Anda segera memiliki relasi yang hangat. percayalah, kasih yang tulus mampu mengatasi segalanya, bahkan hati yang sulit sekalipun
Linda PT
lindacheang (google)
hadir...