headlines

24 Juli 2009

Tak Gendong ke mana-mana ...


MBAH Surip, alias Urip Ariyanto, kini mendadak ngetop setelah lagu nyentrik “Tak Gendong” itu melejit. Dia rajin nongol di televisi. Ring back tone-nya laris manis, diunduh jutaan orang. Kantungnya mendadak buncit oleh duit. Milyaran? “Itu versi quick count,” katanya, sembari terbahak.

Dulu, dia lama mengamen di jalan. Berkali-kali gagal, kini Surip jadi penyanyi beken. Berubahkah si Mbah? Wartawan VIVAnews Edy Haryadi mengikuti kegiatan Mbah Surip seharian di Jakarta. Di tengah kesibukan syuting, Surip menuturkan apa arti popularitas dan rezeki itu baginya. Berikut petikan obrolan kami pada Rabu, 9 Juli 2009.

Bagaimana proses penciptaan lagu ‘Tak Gendong’?
Hahahaha... Saya bikin lagu di sana. Di Amerika. Tepatnya di California. Tempat manusia dengan kehidupan yang baik.

Sedang apa saat itu sehingga dapat inspirasi lagu ‘Tak Gendong’?

Saat itu saya bekerja di pengeboran minyak. Saya melihat ada orang sakit, ada orang pingsan, ada orang keseleo. Saya lihat ada tolong-menolong. Gotong-royong. Sifat manusia. Akhirnya di dalam hati muncul, ah tak gendong saja. “Tak gendong ke mana-mana... Enak toh, mantep toh...” Hahahaha...

Sudah berapa album yang dikerjakan sampai sekarang?
Ada tujuh. Ijo Royo-royo, Siti Maelan, Ada Barang Baru, Indonesia Satu, Bonek, Tak Gendong.

Tak Gendong itu lagu lama?

Iya lagu lama. Tapi musiknya musik baru, hahahaha... Dan ada syair yang baru. “Where are you going? OK my darling.”

Katanya penghasilan dari ring back tone (RBT) telepon bisa menghasilkan 4,5 milyar?
Ya, bisa lebih. Bisa lebih banyak lagi. Pokoknya milyaran lah...hahahaha.

Uang sebanyak itu buat dibelikan apa?

Kalau Anda mau dibuat beli apa? Hahaha. Saya belum berani ngomong, kecuali kalau saya sudah beli saya berani ngomong. Tapi cita-cita saya mau beli helikopter. Saya sering malu membaca dikatakan artis tidak ada yang punya pesawat. Kalau ada helikopter seken, saya mau beli... hahahaha.

Ada berapa provider yang mengusung lagu ‘Tak Gendong’?
Sembilan provider. Di Fleksi kabarnya peringkat satu. Sedang di provider lain selalu masuk lima besar yang paling banyak diambil.

Mulai kapan uang masuk sebanyak itu?
Saya bingung kalau ditanya mulai kapan. Yang tahu manajemen.

Mbah Surip lahir di mana?
Mojokerto. Tanggal 6 Mei.

Tahun?
Pokoknya umur saya baru 20 tahun lebih... hahaha. Saya sudah melewati enam sampai tujuh presiden, sejak Bung Karno.

Bisa diceritakan kapan Mbah Surip masuk dapur rekaman?
Saya membuat album dengan uang tabungan Mbah sendiri. Saya lupa habis berapa. Tapi Rp 50 juta lebih. Zaman dulu kan lebih mahal. Album pertama saya keluar tahun 1996, ‘Ijo Royo-royo.’ Saat itu saya rekaman sendiri. Kasetnya lalu saya titip ke warung-warung, ke toilet-toilet. Kebetulan yang jaga teman saya sendiri.

Album kedua juga biaya sendiri?
Semua. Semua album saya buat dengan biaya sendiri. Saya senang saja merekam kaset saya sendiri.

Bagaimana hasil penjualan kaset Mbah Surip?

Alhamdulilah, meledak. Laku banyak. Malah untung. Bisa kalau cuma buat beli helikopter seken.

Uang tabungan hasil kerja di perusahaan minyak?

Sebagian iya.

Kenapa berhenti di perusahaan minyak?
Ya berhenti saja. Bukan karena bosan. Saya bekerja mengalir saja seperti air.

Mbah Surip tadi memberi pengemis dan pengamen uang Rp 50 ribu, kenapa?
Biar merasakan rejeki Mbah. Mbah kan kedengarannya sudah sukses. Mereka kan tidak tahu apakah uangnya sudah turun atau tidak. Memang beli cabai uangnya langsung dapat? Nah, Mbah ada uang terkumpul. Lalu apa salah saat saya shooting saya turut memberi uang jajan. Mereka sebagian kan keluarga saya. Hahahaha... Jadi, ya biar merasakan keringat saya. Siapa tahu doanya.

Bukankah semakin kaya seseorang biasanya semakin pelit?

Hahahaha... Kaya itu kaya apa sih? Nggak ada. Kaya perasaaan. Berkat persaudaraan Mbah merasa berkeluarga, berteman.

Mbah Surip sepertinya sudah kenal dengan wilayah Blok M?
Mereka memang bagian dari keluarga saya. Tidak berpikir apa-apa. Yang penting persaudaraannya itu. Saya nongkrong di daerah Blok M sejak 1989. Saya aktif di teater, drama-drama. Sanggar Populer, Teguh Karya, Arifin C. Noer, Renny Djajusman, Didi Petet, Lenong Rumpi dan masih banyak lagi.

Mulai kapan Mbah bermusik?

Saya ini bisanya nyanyi. Kalau musik teman-teman.

Pernah menyangka pada usia tua seperti sekarang Mbah berada di puncak popularitas?

Hahahaha. Mbah sekali lagi hanya berjalan ke arah jarum jam melangkah, dari waktu ke waktu. Apabila terjadi ya baru bisa ngomong. Kalau tidak terjadi kan tidak bisa ngomong. Seperti mendapat rejeki. Kalau angan-angan kan tidak terduga. Bukan karena rejeki ring back tone (RBT) saja.

Kalau dari ring back tone Mbah Surip, berapa jumlah uang yang didapat?
Saya belum berani bicara. Sebab sekarang ini baru sebatas perkiraan orang-orang. Itu realita yang tercatat. Tapi yang di tangan belum. Jadi belum bisa ngomong berapa pastinya. Beritanya sekian. Jadi ini seperti quick count. Keputusan KPU-nya belum... hahahaha.

Jadi angka milyaran baru kata orang?

Iya, versi quick count.

Mbah sendiri belum menerima uangnya?

Belum. Uangnya belum ada di tangan. Saya belum bisa ngomong kapan uang itu sampai di tangan Mbah. Mungkin baru di tangan manajemen. Jadi, masih di provider.

Bagaimana rasanya? Deg-degan tidak mau terima uang milayaran rupiah?
Tidak. Saya sudah biasa megang uang milyaran rupiah sebelumnya. Saya pernah pegang Rp 10 miliar, saat bersama artis-artis.

Mbah Surip ini gelarnya apa ya?
Mau minta gelar apa? Hahahaha...

Katanya Mbah juga Master Filsafat?
Iya. Menurut anda gelar master Filsafat ada di mana? Di UI dan UGM. Saya mengambil gelar ini di Universitas Terbuka. Gelar ini baru saja saya saya ambil.

Kalau informasi soal RBT jumlahnya berapa Mbah?

Ya, yang ngomong kan wartawan. Ngomongnya macam-macam. Katanya berjuta-juta yang di-download.

Tapi mobil yang dinaiki ini baru Mbah?
Baru. Baru seminggu. Sebelum naik mobil, Mbah sering naik motor buat operasional. Karena mobil macet. Saya tidak tahu berapa harga mobil ini. Yang beli manajemen atas nama Mbah.

Kalau uang RBT itu pernah Mbah rasakan?

Pernah merasakan. Jumlahnya Rp 100 juta. Itu bukan uang RBT. Tapi uang master RBT. Saya menerimanya dari provider Telkom. Saya lupa bulan apa saya menerimanya.

Buat apa uang Rp 100 juta itu Mbah?

Buat ngopi saja. Rokok dan jajan... hahahaha.

Siapa yang mengajak kerjasama RBT?
Namanya Adik OB. Dia bilang Mbah kan punya master, ayo dibuat RBT. Akhirnya saya dapat uang persekot Rp 100 juta.

Kapan Mbah membentuk manajemen?

Hampir sebulan ini. Manajemen Kampung Artis.

Mbah punya banyak lagu hit, apa punya rencana akan dibuat RBT juga?
Iya lah. Yang penting di-RBT kan. Kalau diterima masyarakat lagi kami bersyukur. Rencananya terus dilepas. RBT yang mau kita lepas judulnya ‘Bangun Tidur.’

Apa arti popularitas buat Mbah?
Ya arti popularitas adalah sebuah nama yang disebut-sebut orang. Artinya senang saja. Saya sendiri tidak terkejut, tapi juga tidak bersikap biasa saja. Tujuannya menambah persaudaraan. Banyak kenalan, senang dapat banyak saudara.

Mbah sedang kerja apa saat di Amerika?

Kerja di pengeboran minyak. Pertambangan. Jadi kerja cari minyak. Di mana tempat minyak saya dikirim. Lalu kita ikut ngebor minyak. Senang saja bisa menghasilkan minyak. Perusahaan saya mulai Union, Medco, Phillips, terakhir saya bekerja di Sekayu.

Waktu kecil Mbah sudah biasa bekerja?

Sudah. Kadang saya jualan es, sayur. Jaman dulu kalau kita ngerepotin orang tua kan tidak enak.

Mbah kabarnya suka sekolah?
Iya. Katanya kalau mau jadi orang pintar harus sekolah. Harus rajin, nabung. Saya sekolah macam-macam. Mulai SMA, SMEA dan STM. Saya ambil menurut persamaan. Jadi begitu STM saya sudah lulus, saya ambil SMA dan SMEA persamaan. Pertimbanganya kalau teknik tidak laku siapa tahu ekonomi laku. Ternyata ijazah saya itu hanya jembatan. vivanews.com

23 Juli 2009

Tentara Inggris Siksa Tawanan Irak



Sebuah rekaman penyiksaan tahanan warga Irak oleh pasukan Inggris diungkap aktivis kemanusiaan.

15 Juli 2009

Nyanyian Cicak

IKRAR antikorupsi yang dikemas sebagai Gerakan Cinta Indonesia, Cinta KPK (Cicak) dideklarasikan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, kemarin. Sejumlah tokoh dan aktivis antikorupsi hadir dalam acara itu Mereka antara lain mantan Ketua KPK Taufi equrrahman Ruki, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas, Kepala Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Juntho, pakar komunikasi politik UI Effendi Gazali, dan pengamat politik Budiarto Sambazy. Acara deklarasi dimeriahkan grup musik Slank yang membawakan lima lagu dari panggung utama. Seluruh panitia dan sejumlah peserta mengena kan kaos bertuliskan ‘Saya Cicak Berani Lawan Buaya’. Acara itu dihadiri sekitar 500 orang dari berbagai elemen masyarakat “Koruptor menyerang balik kita semua, saat kita akan memberantas korupsi.

Perlawanan koruptor berlanjut terus, bahkan semakin nyata dan sistematis. RUU Tipikor terus diulur, tak tahu kapan rampungnya,” tegas Ruki dalam orasinya Ia meminta Presiden SBY untuk berani mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) bila DPR tidak bisa merampungkan pembahasan RUU Pengadilan Tipikor tepat waktu. “Anda tentara harus berani, karena negara ini sudah hancur oleh korupsi,” tuturnya dengan suara lantang Ruki pun meminta agar kasus Antasari Azhar tidak dijadikan alasan untuk melemahkan KPK. “Memang pimpinan KPK juga bisa terjerumus bebagai hal. Orangnya boleh ditindak, tetapi institusinya harus tetap tegak.”

yuk... kita nyanyi bersama

cicak cicak di dinding
diam diam merayap
datang seekor buaya.. Hap!
lalu ditangkap

ps. : buat ibu-ibu di seluruh dunia, ajarkan lagu cicak seperti tersebut di atas kepada baby anda. dan mudah-mudahan indonesia akan terbebas dari korupsi.

07 Juli 2009

Ternyata Aku Mencabut Nyawaku Sendiri

TERNYATA AKU MENCABUT NYAWAKU SENDIRI….

Jum’at, 30 Maret 2009 di rumahku,

Jum’at jam 11.00 malam telepon di rumah berdering, telepon jam segini berdering pasti sesuatu yang darurat. Bener saja, suami Neno-sepupuku meninggal terserang stroke… belum juga berusia 40 tahun. Padahal di saat yang sama isterinya sedang terbaring di RS Dharmais; kanker stadium 5 sudah menyebar di seluruh tubuhnya. Kami sekeluarga langsung meluncur ke rumah duka, jenazah terbujur kaku, ada pihak keluarga mertua almarhum. Pasangan yang malang ini memiliki sepasang putra kembar kelas 5 SD. Jam 12 malam datang oom Pur dengan wajah kusut dan lelah, dia baru saja dari Dharmais memberitahu putrinya - Neno bahwa suami Neno telah dipanggil sang Khalik. Sepupuku memaksa menengok jenazah suaminya sebelum dikuburkan, untuk itu oom Pur sekalian minta izin dari dokter yang sebenarnya sangat keberatan. Karena sepupuku kondisinya hanya mampu terbaring tak berdaya di rumah sakit dengan ditunjang aneka alat bantu medis.

Keesokan paginya kami kembali ke rumah duka,, jenazah sedang dimandikan dan kedua putra kembarnya tampak menangis terisak-isak. Ucapan salah seorang dari mereka makin menambah suasana duka…”Eyang, kenapa cobaan hidupku amat berat. Aku kan baru sepuluh tahun.” Neneknya yang ayu dan lembut bak Widyawati hanya sanggup mengelus-elus si kembar. Tak lama kemudian sebuah ambulance datang, Neno dibawa dalam keadaan terbaring di tandu beroda, beberapa perawat membawakan infuse yang selangnya terhubung dengan tubuh Neno. Tandu ditempatkan di sebelah tempat penyemayaman jenazah, tatapan Neno lekat-lekat ke jenazah suaminya –tiada kata-kata terucap hanya sebaris air mata mengalir di pipi cekungnya. Tangis anak-anaknya makin pecah membuat suasana makin mengharukan. Hanya tiga menit Neno harus kembali ke rumah sakit, oom Pur semakin limbung. Aku memeluk beliau seraya membisikan kata “ Oom yang kuat ya, Neno dan putra-putranya masih sangat membutuhkan oom”, beliau yang biasanya selalu tampak kuat akhirnya terisak-isak. Saat jenazah akan dibawa ke tempat penyemayaman terakhir, kedua anak kembar itu akhirnya diputuskan untuk tidak ikut karena kami khawatir melihat mereka tersengal-sengal akibat tangisan yang tak henti-henti.

Jadi ingat selarik syair:

Langit begitu gelap, hujan tak kunjung reda,

Kuharus menyaksikan cintaku terenggut tak terselamatkan,

Ingin ku ulangi hari, ingin kuperbaiki,

…Kau kubutuhkan, Beraninya kau pergi dan tak kembali

( Tanpa Kasihku..Agnes Monica)

Beberapa bulan kemudian di berbagai sudut lain Indonesia,

Beberapa pesawat Hercules milik TNI AU berjatuhan silih berganti; puluhan nyawa hilang serasa sia-sia. Keluarga yang ditinggalkan tergugu menangis, sungguh sedih melihatnya. Banyak yang meninggalkan isteri dan anak-anak yang masih bayi dan balita…oh, sanggupkah kubertahan menjalani hidup tanpa yang terkasih.

“Dimana letak surga itu,

Biar kuganti tempatmu denganku,

Adakah tanda surga itu,

Biar kutemukan untuk bersamamu… ( Agnes Monica lagi )

 

Aku jadi berpikir tentang mati; betulkah mati itu takdir

Dalam kasus Neno dan suaminya; perilaku dan gaya hidup yang sarat dengan acara “berwisata kuliner” tanpa henti telah menjadikan tubuh mereka overweight. Setahuku mereka juga bukan penggemar olahraga; dalam acara keluarga sebenarnya kami saudara-saudaranya sudah sering mengingatkan mereka untuk menurunkan bobotnya, tapi selama ini memang cuman ditanggapi dengan bercanda. Bener juga peringatan seorang sesepuh kami bahwa tubuh Neno dan suami telah menjadi pabrik gula…- penyebab diabetes; the silent killer. Penyakit itu perlahan tapi pasti merusak organ-organ tubuh. Bagaimana jika Neno dan suami menjalankan perilaku gaya hidup sehat…. Apakah sang sakratul maut akan menjemputnya secepat itu? Betul juga tulisan sebuah artikel kesehatan yang kubaca: “Jadikan tubuh mu sebuah kuil. Kuil adalah tempat ibadah; hanya memasukkan dan mempersembahkan yang baik-baik. Niscaya tubuhmu juga akan baik (a.k.a sehat)”.

Dalam kasus pesawat-pesawat berjatuhan; konon usia pesawat sudah terlalu tua tapi masih dioperasikan karena tidak ada anggaran untuk membeli yang baru…duh menyedihkan sekali ternyata perjalanan di udara itu adalah perjalanan bertaruh nyawa. Andai yang dinaiki itu pesawat baru dan layak terbang…

Sabtu, 31 Mei 2009 dirumah almarhum Tante Joko.

Hari itu kembali rumahku ditelpon keluarga Purwadi; Neno akhirnya menyusul suaminya menghadap sang Khalik. Aku dan adik-adikku berbagi tugas; mereka melayat kesana sementara aku ke rumah sahabat ibuku - tante Joko menghadiri peringatan 1000 hari meninggalnya almarhumah. Somehow aku bersemangat banget mendatangi acara ini; ingin bertemu teman-teman mamaku…sebab kami - anak-anak mereka selalu dikondisikan untuk terlibat bergaul dengan para mama ini, jadi secara pribadi aku cukup akrab dengan mereka. Bener aja, acaranya seperti arisan yang seru…perempuan-perempuan sepuh berusia 60an tahun bercanda mengenai ulah tante Joko dan mamaku.

Salah satu cerita unik tentang mereka adalah kejadian waktu aku dan kakakku di usia SD dipindahkan sekolah, secara otomatis mamaku juga memindahkan sekolah anak-anak tante Joko yang berusia sebaya ke SD yang sama. Seminggu berjalan tante Joko baru sadar kalau anaknya sudah bersekolah di tempat lain…. huwahaha kalau kejadian ini terjadi pada manusia di masa sekarang bisa-bisa terjadi pertumpahan darah.

Tante Joko sendiri karena menurut silsilah keluarganya merupakan turunan langsung dari kerajaan Majapahit jadi sangat gagah berani seingatku. Tiap kali terjadi suatu peristiwa yang bikin putus asa dirinya, dia langsung memompakan semangat kepada dirinya sendiri …”turunan Majapahit gak boleh putus asa dan menyerah.”.

Aku ingat cerita mama waktu tante Joko ujian skripsi S1 di Gajah Mada ( waktu itu pasti masih sedikit wanita yang kuliah ). Yang nguji professor ternama dan tante Joko dinyatakan tidak lulus. Dengan garang tante Joko merobek-robek skripsinya di depan sang professor sambil mengucapkan..” Turunan Majapahit ra pathekan gak dadi sarjana..” ( a.k.a. emang gue pikirin …aku gak akan kudisan kalau aku gak jadi sarjana). Huwahaha…

Oh begini ini ya..tiga tahun setelah seseorang meninggal; manakala air mata sudah mengering, hidup terus berlanjut bagi yang ditinggalkan, pada akhirnya yang dikenang dari almarhumah hanyalah hal-hal yang baik-baik. Tentunya jadi kewajiban kita selama masih hidup untuk mengisinya dengan sebaik-baiknya. Menyelesaikan pertandingan dengan baik.

Perasaan ini takkan pernah mati,

walau sampai akhir nanti kau selalu di hatiku,

Perasaan ini akan selalu ada meski kau telah tiada,

Tunggu aku di surga…”.(Tunggu Aku di Surga…. Tarzan Boys)

Di Jogja beberapa hari kemudian:

Penduduk di kota ini ditengarai memiliki harapan hidup yang panjang dibandingkan dengan penduduk lain di Indonesia. Dan sore itu nenekku di usianya yang akan menginjak usia 90 tahun sedang bercengkerama dengan beberapa grandma dengan usia sama bahkan lebih tua. Lucu juga melihat tubuh-tubuh renta itu duduk bersama sembari menikmati teh jahe – membicarakan damba mereka untuk menjumpai sang sakratul maut:

“Awake dhewe kapan yo matine…selak pengin je”. (Kapan ya kita mati..udah bosan hidup nih).

Begitulah hidup….yang mati ditangisi, tapi ada juga yang hidup ingin mati….

Gabriel- ingin hidup 100 tahun lagi

 

Bilik Gemuruh (Chatroom)

Pelajaran SMP

Kokiers

HEADLINE NEWS
pengunjung sejak 29 April 09

Greeting

© design by kokikatur