headlines

12 Mei 2009

Evita Peron, Kawah Putih & KoKiSiana

13 Mei 2009

Kawah Putih

M^o^anis – Jakarta

Halo Zev n Kokiers...

Mau coba-coba kirim artikel di tempat penampungan sementara ya, mudah-mudahan bisa dimuat buat cuci mata di KoKiTour, ngilangin penat dan sebel dengan kejadian yang nimpa KoKi. Buat semua. tetep semangat yaaaa...

Beberapa waktu lalu saya jalan-jalan ke Kawah Putih, Ciwidey Bandung. Tadinya saya pikir Ciwidey adalah kawasan argowisata buah stroberi, jadi kita beli buah stroberi langsung metik dari pohonnya, tetapi karena banyak dengar cerita sekarang banyak yang sudah tidak asli lagi, alias stroberinya ditancepin atau ditempelin ke pohonnya, saya jadi males berkunjung kesana. Setelah mendengar informasi lain bahwa di Ciwidey ada wisata Kawah Putih, wah… saya langsung tertarik dah setuju tuk ikut ke sana.

Hari itu kita berangkat pagi-pagi sekali karena takut terjebak macet dan melakukan perjalanan lewat tol Cipularang. Saya pikir kita akan melewati tol yg panjaaaanggg banget tapi ternyata engga juga.

Jakarta-Bandung cuma 2 jam, cepet banget kan.. Nah, tuk ke Ciwidey kita keluar pintu tol Kopo dan menurut informasi penjaga tol untuk ke Ciwidey hanya 1 jam perjalanan lagi. Hmmm… bukan ke Bandung kalau ga nyasar dan entah salah pak kusir yang bekerja atau dibawa setan keder sudah 2 jam kita ga sampai-sampai.

Tau-tau pak kusir bilang “Loh kok kita ke jalan tol lagi…???”, huaaa… ternyata kita hanya memutari daerah Kopo dan sampai di depan pintu tol M. Toha, jadi kita masuk tol lagi dan keluar Kopo lagi. Cape dehhhhhh.

"Sekarang kita harus perhatikan marka jalan baik baik ya….", begitu aku bilang sama pak kusir. Kan kasian kuda dan penumpangnya kelaperan di jalan sedangkan hari sudah beranjak siang. Hmmm… memang pepatah lama ga boleh dibantah, malu bertanya kelaparan dan tersesat di jalan, heheheheh… Tanya sana sini akhirnya dapet info lagi kita harus ke arah Soreang lalu mencari jalan ke arah Ciwidey.

Akhirnya kita memasuki daerah Ciwidey juga. Wahhh… sudah dekat nih, lumayan nantinya bisa tenang cari makan siang dulu. Tapi tunggu dulu, kita nanya orang lagi. Ternyata untuk ke Kawah Putih masih 45 menit perjalanan. ”Maaf bu makan siang ditunda sampai ada kepastian tempat wisata tersebut”, kata pak kusir. Lagi-lagi si perut harus bisa bersabar, setelah 45 menit berlalu, kok gak sampai-sampai ya?

Akhirnya kesabaran selalu berbuah manis, dengan melihat tembok Selamat Datang di kawasan wisata Kawah Putih hati sudah senang dan perut ga laper lagi. Bayar tiket di pintu gerbang Rp 25.000 (2 orang, 1 mobil), ngasih duit 50 ribu, tapi dikembaliin 30 ribu. Didiskon katanya ga ada duit receh, tapi ko ga ada tiketnya ya? Jadi siapa yang ngasih diskon nehhhh, pengelola tempat wisata apa orang yang jaga pintu gerbang.

kw_3

Trus kalo terjadi sesuatu di tempat wisata kita tidak ditanggung asuransi donggggg, kan ga ada tiketnya, ga ada bukti kita bayar masuk. ”Itu mah biasa bu, tenang aja, yang penting kita hati2” kata pak kusir ku. Huuuu… kalau lagi apes kan siapa yang tau. Dannnnn…..”Hati-hati di jalan pak…. jalannya aga padat dan menanjak.. maklum liburan… kira2 ke atas masih 5 km lagi..”, kata pa penjaga. Whattttt…… yup lengkap sudah untuk hari ini dan aku mengancam pak kusir, ”kondisi berangkat hari ini harus terbayar di atas sana….” (maksudnya Kawah Putih jangan sampai mengecewakan).

"Siaaappppp…..", kata pak kusir, lalu kuda kami pun harus menanjak 5 km lagi dengan kondisi jalan yang lumayan sempit dan pinggir kiri jalan yang curang. Untung di beberapa titik belokan tajam ada orang yang menjaga jalan sehingga lalu lintas kendaraan naik dan turun dari kawah aman terkendali.

Akhirnya kami sampai juga di Kawah Putih. Daaannnn…. hmmmm….. aku pikir terbayar lunas untuk semua kejadian hari ini. Puassss…

Iya pemandangannya menakjubkan dan gak nyangka ada tempat seindah ini di Bandung.

Untuk pembaca, silahkan menikmati pemandangan lewat foto2 yang saya ambil. Mudah2an mewakili. Kalo engga yaaa… silahkan dateng sendiri ke sana hehehehehhe………

kw_9 kw_1 kw_2 kw_4 kw_5 kw_6 kw_7 kw_8

"Zev or AsMod (eh apa aspri nih sekarang..???), mudah-mudahan fotonya bagus ya jadi bisa mewakili, soalnya saya gak pandai bercerita. Terima kasih kalau artikel ini ditayangkan."



Ada Evita Peron Saat 14 Mei 1998

Alexa – Jakarta

Tiap bulan Mei tiba apalagi melewati tgl.10 selalu menyisakan kenangan bagi umumnya rakyat Indonesia terutama Jakarta; demikian juga dengan diriku

MY STORY:

Bulan Februari 1998 merupakan saat bersejarah untuk karirku karena hanya satu tahun melewati masa kerja sebagai seorang Account Officer – aku dah diangkat jadi Sub Branch Manager Kebayoran Lama di bank tempatku bekerja. Kebanggaan berubah menjadi kecut saat mengunjungi kantorku…melewati rel kereta api di kolong jembatan Kebayoran Lama, kita pasti langsung tercebur pada wilayah macet-cet Pasar Kebayoran Lama. Orang jalan kaki akan lebih cepat sampai daripada jika naik mobil. Tambah shock waktu lihat Neraca dan Financial Reportnya…alamak 5 tahun berdiri belum pernah untung. Asset cuman Rp.2 Milyar….masa sama dengan BPR. Perut langsung mules…eM Ge ( My God) what should I do?

Pada akhirnya emang blazer harus diganti dengan kemeja katun , rambut terurai panjang langsung diikat keatas, sepatu diganti selop…diusahakan tetap professional. Mulailah daku ketok pintu kanan kiri, depan belakang. Pasar Kebayoran Lama terkenal sebagai pusat perkulakan sayur dan buah-buahan tetapi penjelajahanku ke kanan kiri depan belakang menguak suatu fakta mengejutkan. Banyak sekali warga keturunan Cina yang tinggal di situ dan banyak diantara mereka yang merupakan produsen grosir..entah baju yang dipasok ke jaringan department store ternama, pemasok daging impor untuk rangkaian restoran ternama, bandar emas, pemasok kebutuhan bakery, perancang busana ternama, rumah produksi, produsen mebeliur, ekportir batik, pemasok pakaian di Mangga Dua, pemasok tekstil Tanah Abang dan seorang CEO Televisi swasta pokoknya pemain besar.

Kekhawatiran Ibuku bahwa aku akan mengalami kesulitan berinteraksi dengan warga keturunan tidak terbukti. Tiap kunjunganku selalu diterima dengan baik dan mereka tidak keberatan untuk buka account di tempatku. Perlahan asset cabangku merayap naik, demikian pula persahabatanku dengan klien-klienku. Sampai suatu hari aku mendapat limpahan calon debitur dari temanku (di divisi retail).

Sebenarnya lokasi usaha klienku di Hasyim Ashari…berhubung aku saat itu lagi rindu order maka kuambil juga klien itu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan approval atas pinjamannya yang masih dalam nominal ratusan juta. Si Engkoh itu berterus terang dia senang dengan treatment-ku karena aku tidak banyak bertanya apalagi pertanyaan yang melecehkan menurutnya. Dia rupanya tersinggung sebelumnya petugas yang handle menanyakan mobil apa yang dimiliki klienku itu. Aku tidak perlu bertanya karena di depan tokonya aku lihat beberapa mobil boks jadi bikin kesimpulan bahwa mobil itu adalah mobilnya.

Untuk menunjukkan rasa terimakasihnya, dia memperkenalkan aku ke kakaknya yang tinggal Jln. Industri – Gunung Sahari. Gubrak, begitu aku berkenalan dengan kakaknya, tanpa berpanjang kata beliau langsung menempatkan dana yang buesar ke kantorku.

Sementara itu situasi mulai memanas antara Suharto-presiden berkuasa dengan para mahasiswa. Bank tempatku bekerja sudah siap-siap dengan berbagai contingency plan jadi seharusnya kami sudah siap apapun yang terjadi. Tanggal 14 Mei nasabahku si tajir dari Gn Sahari menelpon…”Alexa, sebaiknya kau tutup kantor dan selamatkan diri.” Somehow aku langsung menuruti sarannya dan mengajak anak buah untuk bebenah dan langsung kabur dengan mobil ke kantor pusat. Saat mobil kami meninggalkan kantor dibelakang sudah berlarian kaum perusuh mengejar…wuih seram banget. Dalam perjalanan kami ke kantor pusat, telerku lapor: ”Mbak, kayaknya yang kita angkat salah..kotak besi ini bukan berisi duit tapi form transaksi”. What???

Aku langsung telpon ke kantor dimana masih ada satu satpam yang jaga. Dia mengiyakan bahwa ada uang di counter teller Rp. 600 juta plus USD 40.000.- (waktu itu kurs 1 USD= Rp.16.000.-).Satpam itu sudah menyimpan dalam plastik. Setelah menurunkan anak-anak buahku di tempat yang aman aku memutuskan ke rumah kuasa kasku si Ms. Panic yang sukses menyebar duit itu…kebetulan rumahnya dekat kantor. Disana ternyata sudah berkumpul anak-anak buahku yang lelaki, jadi total ada 3 cowo marketing officer, supir dan dua satpam dan perempuannya aku dan Ms Panic. Dari rumah kuasa kas terlihat asap mengepul di kawasan pasar Kebayoran Lama.

mei19983

Akhirnya kami sepakat untuk balik kantor kecuali Ms. Panic yang semakin gemetaran. Perlahan kami berjalan bersama, memasuki kawasan kerusuhan aku berada di tengah-tengah diapit oleh para anak buah. Aneh sebenarnya melihat kondisinya, para perusuh berjalan di tengah jalan raya dan penduduk Kebayoran Lama menonton di pinggir jalan. Aku sempat bertukar sapa dengan beberapa yang kukenal dan kami sebenarnya heran…tidak ada perusuh yang kami kenal. Akhirnya aku dan rombongan sampai di depan kantor, satpamku yang tadi tinggal sudah ada di luar kantor dan dia langsung memelukku dengan gemetar. Para perusuh mulai merangsek ke depan kantor dan memecahkan kaca yang hanya ditutup oleh rolling grilled. Uang sudah diamankan di lantai tiga tapi dengan kondisi begini tentunya mudah sekali bagi penjarah untuk memasuki kantorku.

Saat itu aku lihat ada truk Brimob berjaga-jaga..akhirnya aku menghampiri komandannya dan minta tolong ke mereka untuk parkir di depan kantorku yang langsung diiyakan. Setelah truk Brimob parkir di depan kantor, kami bergegas mengambil uang itu yang kemudian dibawa dalam tas oleh satpam dan supirku dengan mengendarai motor kantor serta membawa sepucuk senjata laras panjang menuju ke rumah Ms. Panic. Kami sendiri kembali ke rumah Ms. Panic dengan berjalan kaki. Sesampainya disana kami sepakat uang dan senjata ditinggal di rumah Ms. Panic yang akhirnya ditaruh di bawah ranjang Ms. Panic.

mei13-14-98

Perjuanganku belum berakhir…aku masih harus pulang sendiri dengan mengendarai mobil. Merinding banget lihat jalanan Sudirman Semanggi saat itu. Tidak ada kendaraan umum melintas, kendaraan pribadipun hanya beberapa. Beberapa orang pulang kantor terpaksa jalan kaki, satu persatu diangkut truk militer yang melintas. Menyetir harus hati-hati ada beberapa benda terbakar di tengah jalan, aku bebas memasuki tol karena penjaga tol sudah kabur dan posnyapun hancur lebur. Sepanjang jalan mobilku berdesis….sebenarnya aku panik banget, dalam hati aku merapalkan doa kepadaNya.

Akhirnya sampai juga di rumah dan ternyata desis itu dari ban yang bocor melindas benda panas. Aku belum bisa istirahat, langsung melapor ke Regional Manager. Beberapa saat setelah pembicaraan berakhir, RM ku telpon lagi; hasil koordinasi dengan Direksi…uang itu akan diambil untuk biaya pengamanan seluruh cabang Bank.

Beberapa hari kemudian setelah situasi aman- aku, RMku dan dua direksi mengunjungi kantorku. Mereka langsung mengatur perbaikan dan bak keajaiban tangan Midas hanya dalam waktu tiga hari- Jumat, Sabtu, Minggu pasukan yang diturunkan berhasil memperbaiki dan memperindah kantorku. Bener-benar ajaib karena di kantorku yang berbentuk ruko itu - teller yang tadinya di lantai bawah jadi naik ke atas. Ini memerlukan effort yang besar karena berarti harus memindahkan perangkat server yang rumit dan sensitif. Kecepatan kerja kami membuat kepercayaan nasabah meningkat dan begitu kami buka lagi mereka langsung memindahkan dana mereka dari bank lain sehingga justru pasca kerusuhan itu dana di cabangku naik jadi Rp.200 Milyar setelah sebelumnya hanya Rp. 2 Milyar. Pimpinan-pimpinan cabang bank tetangga sampai menyempatkan diri datang dan ingin berkenalan dan rata-rata mereka warga keturunan lho.

Di Regionku..aku diminta memberikan testimoni dan saat itulah aku mendapat julukan Evita Peron.. karena mereka membayangkan aku berjalan diantara kepungan massa. Habis itu aku dan anak-anak buah sering banget dapat penghargaan yang bersifat nasional; baik karena masalah Mei 1998 maupun karena prestasi kantor kami.

Hikmah dari cerita ini … betapa indahnya persahabatan jika tidak ada pikiran buruk mengenai SARA (pimpinan cabang sebelum aku malah warga keturunan tapi tidak membawa pengaruh bagi perkembangan kantor); saat kemudian aku dipindahkan..nasabah-nasabahku membuat petisi keberatan….lho kok kayak Zevie yak. Sekaligus cerita ini mengenai masalah Girl Power…. Lakukan pekerjaanmu dengan semangat dan niscaya kau akan menuai hasil yang memuaskan. Balik maning ke jagoan perempuan di Koki…wakakak.



KETIKA KOMPAS MENGUSIR KOKI…

Walentina Waluyanti – Holland

Ketika Pak ET (bukan nama sebenarnya) dari koran Kompas (moga koran sebenarnya) secara amuk diperkosa oleh pemerkosa dari KoKi (bukan pemerkosa sebenarnya) pada tanggal 30 Mei 2009, tangan saya (tangan sebenarnya) tergerak untuk menulis artikel ini.

Tadinya saya pikir sampai sekarang saya malas membaca Kompas.com karena sebagai kokiers rasanya dongkol KoKi diusir begitu saja. Mungkin karena rasa sentimentil yang mengharu biru sebagai kokiers.

Tapi setelah sekarang perasaan haru biru itu bisa dinetralisir, saya bisa melihat situasi ini secara lebih obyektif.

Perasaan yang tadinya malas membaca Kompas, sekarang malah berubah jadi muak membaca Kompas. Ini aneh. Karena Kompas itu sudah sangat akrab dengan saya sejak kecil sampai detik-detik terakhir dilengserkannya KoKi.

Saya muak bukan karena diusirnya KoKi. Tapi saya muak dengan kearoganan Kompas yang dari dulu tidak juga sembuh-sembuh.

Dan puncak kearoganan itu sangat terasa dengan diusirnya KoKi, terlepas dari soal intern antara Zeverina dengan pihak manajemen.

Kalau dulu masih jaman koran cetak Kompas boleh saja arogan. Waktu itu kan belum ada saingan. Biarpun arogan, Kompas tetap saja laris. Pembaca masih belum punya banyak alternatif. Kala itu masih koran terbaik di tanah air. Tapi sekarang? Kenapa sih begitu terus?

Menurut kasak-kusuk jadul, dulu konon Kompas hanya mau menerima tulisan penulis ternama. Penulis lain, biarpun tulisannya sebagus apa, kalau tidak punya nama, hanya bisa gigit jari. Sampai ketika itu ada penulis yunior yang nekat mengirim tulisannya atas nama penulis Umar Kayam. Maksudnya kalau nebeng nama top Umar Kayam, pastilah tulisannya bakalan dimuat. Eh.....bener! Ternyata setelah menyaru sebagai Umar Kayam, tulisan itu langsung dimuat.

Terlepas dari benar tidaknya gosip itu, tapi itulah illustrasi arogannya Kompas.

Terus terang saja Kompas.com bagaimanapun juga tidak bisa dibandingkan dengan Kompas cetak jadul. Auranya berbeda 180 derajat.

Di jaman persaingan koran on-line ini, Kompas bukan lagi satu-satunya koran on-line yang TER-. Bukan lagi TERbaik, terbagus, terhebat.

Kompas.com butuh vitamin untuk bisa bersaing. Vitamin itu bernama vitamin G, alias vitamin Greget. Dan vitamin G itu adalah KoKi. Kompas tanpa KoKi sudah kehilangan gregetnya. Sayang sekali.

Tubuh manusia memerlukan bakteri untuk bisa bertahan sehat. Dan bakteri itu bernama KoKi.

Sekarang Kompas sudah kelewat higienis. Lagi-lagi, ini juga membuat Kompas tanpa KoKi, sekali lagi……tidak punya greget.

Saya tahu jawabnya kenapa sekarang Kompas.com sudah kehilangan auranya.

Membuka Kompas.com tanpa KoKi rasanya seperti masuk area yang sangat asing, formal, penuh aturan, rambu-rambu di sana-sini.

Oke, katakan saja itu perlu. Dengan dalih kebebasan tanpa batas adalah anarki.

Kalau betul begitu, mestinya ada cara yang lain yang taktis, bukan dengan cara membuang KoKi, yang apa oleh buat.......senang atau tidak senang, harus diakui KoKi adalah salah satu pesona Kompas.

Sekarang lihat saja Kompas.com tanpa koKi....Yang tertinggal hanyalah kesan dari sebuah kerajaan arogan yang dingin, kaku.....

Saya ingin mengutip kembali kalimat yang pernah saya tulis di artikel “Ocehan Koki” (13 Maret 2006). Beberapa bagian ubah, disesuaikan dengan keadaan saat ini.

Saya ibaratkan tulisan KoKi ini ibarat kontrasnya kekumuhan sungai Ciliwung yang berada di tengah arogannya kota Jakarta. Di tengah megahnya kota Jakarta, melihat orang-orang kecil di sungai Ciliwung yang berjuang mempertahankan hidup dalam segala keterbatasan, membuat kita berhenti sejenak. Begitu juga tulisan di KoKi ini, kelihatan kontras di antara berita-berita serius di halaman lainnya. Kita tertegun sejenak karena tergelitik oleh para penulis di kolom ini justru karena keamatirannya. (Aneh kan, para penulis amatir ini kok malah menarik perhatian?) Bukankah jedah sejenak itu perlu supaya baterai tidak cepat habis?

Ketika membaca KoKi, ibarat mengusir sumpek karena hidup di ruang tertutup, dan karena itu membuka jendela, untuk melihat dunia lain di luar sana.

Di tengah berita Kompas yang umumnya tentang "anjing gigit orang" (biasa saja), membaca KoKi bagaikan membaca berita tentang "orang gigit anjing" (tidak biasa), bukan karena sensasi dan kontroversi kisah-kisahnya. Tapi justru karena gaya tulisan-tulisan itu sendiri, yang tak sedikit bergaya lugu, lucu, polos, nyeleneh, campur aduk, seenaknya tanpa takut dituduh "kayak tidak pernah makan sekolahan".

Tapi justru karena itulah saya seperti menemukan sesuatu yang selama ini hilang.Yaitu belajar menyelami berbagai ragam karakter manusia, dari berbagai macam latar belakang, yang diungkapkan secara apa adanya tanpa polesan berbagai ilmu teknik penulisan. Ini seperti romantisme mengunjungi pasar rakyat. Mau cari batik prada sampai onde-onde semuanya ada!

Hai Kompas! Sebetulnya anda tidak perlu menjadi paranoid secara berlebihan bahwa KoKi bisa menjatuhkan image Kompas. Karena justru sebaliknya, KoKi-lah yang bisa menetralisir citra arogan Kompas!

Namun apa boleh buat, nasi sudah berubah jadi cendol!

Walentina Waluyanti

Nederland, 10 Mei 2009

Komentar :

ada 66 komentar ke “Evita Peron, Kawah Putih & KoKiSiana”
Linda PT mengatakan...
pada hari 

Walentina : saya bukan malas bacaKompas, tetapi betutlan beberapa hari ini sama sekali tidak bisa buka websitenya Kompas. entah apa memang kena batunya?

Linda PT
lindacheang (google)

des mengatakan...
pada hari 

absen dong..

Dewi Meong mengatakan...
pada hari 

Kawah putih mang asik tuh, aku udah sampe situ juga, ...

Josh Chen mengatakan...
pada hari 

Hehehehe....Walentina ungkapan hatinya dah mewakili dah itu....aku juga males, cuma karena emang harus aja di kantor...hehe....

M^o^anis: berapa jam dari Jakarta ya itu tempat?

Alexa: kisah yang mengalir apik...ditunggu yang lainnya yaaaa.....

Anonim mengatakan...
pada hari 

Yg ga bisa baca kompas dikarenakan komputer anda jadul...

Iwan Satyanegara Kamah mengatakan...
pada hari 

@ Dewi
Bener Dewi sudah sampai kawah putih? Lalu disana ngapain?

fatso mengatakan...
pada hari 

Kisah nyata Mei 98 yang tidak akan membuat ricuh dan saling hujat. Thanks Alexa.

Dewi Meong mengatakan...
pada hari 

Iwan S, ngapain di kawah putih? yang jelas bukan berenang di kawah itu, hehehehe ( mejeng di foto sama wartawan amatiran nih, heheheh ).

des mengatakan...
pada hari 

M^o^anis : Cerita juga dunk kok bisa putih? kapur atau yang lain? gambarnya cantik dan bercerita...
alexa : ikut merinding bacanya...
Walentina : hallo mbak, salam kenal saya baru tahu mbak ww ini pemain lama setelah artikel tentang asal usul nama koki..kalau kompas sih, sesekali masih sering saya kunjungi (maaaaf.., bukan ngajak berantem kokiers tapi rasanya susah melepas dua news sites kom*** dan Detik.com..keduanya punya keunggulan dan keenakan di baca)dulu bisa lama di kom*** karena klik koki dan berita berbarengan sekarang kalau sudah baca yang di detik ya di skip deh dan waktunya buat nunggu artikel baru muncul di rumah koki ini

Alexa mengatakan...
pada hari 

Hai JC thanks dah muat tulisanku ini ditambah foto-foto ilustrasinya boleh juga..kalo memenuhi requestmu itu siap2 fotonya ya....udah deh JC yang jadi modelnya...wakakak.

JC, Alexa en alexa.baba sama khan orangnya, jadi digabung aja komen-nya biar peringkatku rada naek....halah ribet amat ya kek pengin ngerebut piala...

@fatso: thanks ntuk apresiasinya.
@walentina : kok sama ya...malas lihat kompas.com, bahkan aku juga dah berentiin langganan Kompas. Lagipula emang detik.com jauh lebih bagus dari Kompas.com kok...
Mana aksesnya lebih cepat detik.com...ngakses Kompas.com dari Kompiku lelet en lambreta, dulu sih dibela-belain nunggu disambi ke toilet, sekarang gak ada Koki ya malay bgt.

@moanis: senengnya jalan2 berselimut kabut

TwinsMom mengatakan...
pada hari 

kawah putihnya indah banget,jadi kangen banget pengen pulkam..

TwinsMom mengatakan...
pada hari 

14 may 1998...saya masih ingat banget...waktu itu masih berkantor di permata plaza, thamrin..kantor dibubarkan, cari jalan pulang mutar2 ngga keruan..bakar2an dimana..mobilku dicegat, disuruh buka kaca jendela..semua pekerja2 asing dah pada terbang ke SIN or check-in ke hotel2 di thamrin..bersyukur teman2 kantorku yg suku tionghoa engga ada yg masuk kerja waktu itu (mereka dah pada tau sblmnya)..yep it was a DARK day..

Dewi Meong mengatakan...
pada hari 

14 May 1998 jelas gak bakal bisa lupa donk, hari2 berikutnya diisi dengan siskamling 24 jam , weleeh, mana gw punya bayi, disuruh temen ngungsi ke kota lain, lah keluar dari kompleks rumah aja gak bisa mau ngungsi kemana? Untung selamat semua. Duh jangan sampe terjadi lagi donk...amit amit deh.

pinginaja mengatakan...
pada hari 

M^O^ANIS:wah kapan hari aku juga kesana..berangkat malam trus nginap di daerah kopo, paginya berangkat sebelum ke kawah putih ke kebun teh dulu yg diatas kawah putih, trus ke kawah putih. Kalau di kebun teh di pintu masuk dikasih tiket sama teh. Klau di kawah putih gak, trus kita parkir mobil naik angkutan lagi bayar lagi...hihihi. Pulangnya ke kebun strawberry yang rumah penduduk, asli kok gak tempelen, malah banyak ketemu ma strawberry yg dah masak sampai bolong dimakan semut gara2 manis, wong kita semua sambil metik lgs di makan jadi kekenyangan disana.

L.Hendranata mengatakan...
pada hari 

hayaaaaaa ngak terasa ya udah 11 thn peristiwa menyeramkan itu, wkt itu saya yg tdk tau apa2 plg pesta ultah di restoran Fajaf (harmoni) krn tdk mau msk Tol jd potong jalan lewat pasar minggu, duh GORO lg dibakar... saya hanya bisa berdoa n berdoa pengen cepet sampai dirumah, Hp udah habis baterainya krn dipakai terus komunikasi dgn suami yg terus memantau, sampai akhirnya jam 2 subuh saya sampai juga depan pintu rumah dgn mobil yg babak belur penyok2 gak tau lagi apa saya nyerempet org atau bahkan mengilas kucing atau tikus dijalan, udah gak berasa apa2, yg ada hanya bayangan anak2 dirumah menangis menunggu mamanya.! JANGAN sampai deh terjadi lagi hal seperti itu.

ET mengatakan...
pada hari 

absen dulu ah.....kesepuluh kayaknya...
bacanya belakangan ya...hehe..

luien mengatakan...
pada hari 

absen.......
Moanis : kawahnya benera putih ya??? ada cerita asal usulnya nggak? kupas sekalian dunk...

Alexa : cerita yang bagus dan mengalir, ditunggu cerita selanjutnya.

Walentina W : sejak koki di berangus aku juga males banget buka kompas, bener kata alexa berita di kompas aksesnya lelet banget, tapi dulu aku belain tunggu karna pengen ngoki juga, tapi sekarang, engggggggaaaaaaakk dech !!!

ariana mengatakan...
pada hari 

Kawah Putih, Amazing!, betul-betul indah.... makan jagung bakar di Kawah Putih, nikmat banget.

ariana mengatakan...
pada hari 

Moanis, Alexa, Walentina : thanks for sharing...

Muti mengatakan...
pada hari 

Moanis Jakarta, Salam Kenal from Muti di Seattle. Terima Kasih atas article Kawah Putihnya. Misoaku suka sekali naik gunung n lihat2 kawah. Insya Alloh aku akan mampir ke Ciwidey kalau kami visit keluarga di Bandung. Kebetulan keluarga kakak iparku orang Ciwidey. Thanks again N Salam Manis... Peace...

Alexa Jakarta, Apa kabar Neng? Masya Alloh...aku terharu sekali baca articlemu hari ini. To be Hones, aku sangat "Ashame" dengan kejadian bln Mei :( Sebagai manusia, seharusnya kita saling bahu membahu demi kemajuan Negara Kita Tercinta.... You are very tough Cookie Girfriend! He..he..he.. Bravo atas kerja kerasmu! :) Peace...

Walentine, Hey There...What Kompas??? he..he..he.. we/The Kokiers, don't/won't go there anymore!!! Salam Kenal :) Thanks articlenya Neng, but Pleeeeese jangan ungkit2 masa lalu kita dengan StupidKompas Deh! Sorry mataku selalu "berair" kalau inget ke situ... huhuhu :( Hai Kompas, you Missed out aloooot!!! Phiii$$$$ off Euy..... Hi..hi..hi.. :) Peace...

ariana mengatakan...
pada hari 

Jadi pengen ke Kawah Putih lagi nih ...

Farvel mengatakan...
pada hari 

Kawah putihnya benar2 indah yah..
hmmmm...kerusuhan Mei memang mengerikan..seram
salut utk km Alexa
Kompas..males ah..

Chiko mengatakan...
pada hari 

Moanis: wah keren banget yah..thanks for sharing the pictures..kayaknya tempat yg musti disinggahi nih kalo pas pulang ke Indo nanti :) trus disana selain liat kawah doang ada apa lagi? (resto or park or apa gitu)

Alexa: wiihhh serem banget denger ceritanya...aku ngalamin jg Mei 98..tp ngga di tengah massa..waktu itu aku masih kuliah..sejak penembakan Trisakti, di kampus kegiatan kuliah udah berenti..setiap kesana cuma demo aja..mama ngga bolehin aku ke kampus

Walentine: idem..idem..sejak KOKI ga ada..ngga pernah ngunjungi kom***.com lg...abis berita nusantara biasanya jg cukup baca dr KOKI..banyak jurnalis yg lebih enak bacanya bikin artikel disini hehehe

Unknown mengatakan...
pada hari 

Moanis...duh kawah putih cakep dan bikin tambah penasaran wong pulkam kemaren sengaja keBandung mau kesana kok yee temen saya pengennya cuma muter2 FO belanja belenji pdhl perut saya lagi sakit pula tapi tetep pengen liat kawah putih ini hiks hiks...mau tunjukin artikel ini ketemenku iiihhhh bawaannye pengen getok kepalanye aje ( jeng kalo dirimu ngeliat komenku disini brantem yuk hahaha...)

Alexa : Saya juga punya kenangan special tentang kerusuhan 14 Mei kebetulan saya juga kejebak ditengah2 kerusuhan, tapi cerita saya lucu (skrg kalo diinget2 tapi waktu itu sih boro2 ketawa). Nanti kapan2 deh saya cerita kekokiers.

Walentina : Saya sih nggak mau inget2 masalah kemaren lagi...lagipula banyak kok website koran lain yang ok dan informatif. Tapi kalo mo klik kompas ya monggo wae ...life must go on yang artinye hidup koki baru hehehe...

Iwan Satyanegara Kamah mengatakan...
pada hari 

Liebe Waluyanti, ada masanya sebuah kejayaan media akan berakhir. Satu-satunya keahlian yang dimiliki oleh kerajaan Kompas Gramedia adalah media cetak. Untuk media bentuk lain, mereka bukan ahlinya dan tak mampu bertahan. TV7 mereka dijual. Nah, kita lihat apakah mereka bisa bertahan hanya dengan Kompas.com yang monoton, serta Kompasiana yang baku dengan formalitas yang membosankan. Mana ada produk kerajaan mereka yang diperuntukkan khusus bagi orang kebanyakan yang berpikiran sederhana? Terima kasih artikelnya yang sudah mewakili sebagian opini orang.

Hallo Moanis, tulisan bagus yang hanya memperlihatkan bahwa Pemda Bandung kurang berminat untuk menjual tempat wisata itu. Mereka lebih tertarik menjual factory outlet.

Hi Alexa, kalau baca tulisanmu, saya teringat hari kelam itu. Kejadian 13 Mei 1998, hanya meyakinkan saya, bahwa lebih baik sebuah negeri diperintah selama 100 tahun oleh seorang tirani, daripada sehari (13 Mei 1998), hidup tanpa hukum. Terima kasih. Tulisanmu bagus. Tapi bikin sedih saya.

Anonim mengatakan...
pada hari 

lebih baik sebuah negeri diperintah selama 100 tahun oleh seorang tirani, daripada sehari (13 Mei 1998), hidup tanpa hukum .... interesting, betul juga ya .... bisa tidak tiada hari tanpa hukum juga tiada tirani salama 100 tahun .... SJ

Sirpa mengatakan...
pada hari 

@ Alexa : Masa2 transisi tidak selamanya menjanjikan kestabilan ( Poleksos) apalagi kestabilan keamanan... begitu sang Pandito lengser... terjadilah kevakuman kekuasaan, dan kaum minoritas selalu dijadikan sasaran empuk.

Tragedi 14 Mei, adalah kemunduran yg amat dashyat bagi pemerintah tirani orde baru.
Lembaga2 pemerintahan yg tertinggi di negeri ini juga tidak dapat mengantisipasi kekalutan yg terjadi dengan cepat,. rakyat kecil dibuat jadi bingung .

Rakyat kecil yg mudah disulut kebencian terhadap suatu golongan sangat mudah terpancing untuk berbuat tindakan2 anarki .


Thx Alexa , anda sudah mengungkap sebagian dari kenangan pahit dari peristiwa 14 Mei '98.

Semoga tragedi semacam ini janganlah terjadi kembali .

Unknown mengatakan...
pada hari 

*walentina : aku sudah tidak pernah klik kompas .com. lagi malaeeeeeeeeeeeeeees tenan, kalau mau berita aku klik detik.com. dulu sebelum koki diberangus selalu klik kompas.com..but now...kompas whattttttttttttttttttt????
*Alexa : ah Mei nan kelabu.....
*Moanis : indah sekali kawah putihnya....

AnakD3s4 mengatakan...
pada hari 

M^o^anis >> makasih, aku dah ikutan tour gratis minus kelaperan & nyasar :-) Memang cantik & bersih kawahnya! Semoga makin banyak rambu2 penunjuk jalan ke sana.

Alexa >> you're a good story teller! aku bacanya sambil ikut deg-degan. If God be with you, nothing is impossible. Yes, viva Girl Power! Salam simpati & duka cita untuk para korban Peristiwa Mei yang telah membebaskan kita dari tirani. Semoga para pelaku kejahatan Peristiwa Mei juga diampuni Tuhan.

Ibu Walentina >> evaluasi ttg kokom.com tepat sekali. Tadinya saya juga sering mampir ke situ tapi berubah jengkel krn penggusuran Koki. 1-3 hari lalu sempat ke sana, ternyata kolom2 lain yg statusnya spt koki dulu (di bagian bawah itu) perubahan artikelnya lambat banget. Sampai bbrp hari masih yg itu-itu saja tuh.

Muti mengatakan...
pada hari 

Hey Iwan Satyanegara Kamah, piiiuuuuh... (pasti orang sunda iniMah:) Salam kenal Kang :) aku setuju sekali dengan tulisanmu. Memang K.com itu sudah "tua"! Monoton n Membosankan Euy!!! The only reason I was searching K.com, because of kolom "kesehatan yg ada cerita sexnya" (dulu sebelum ada Koki) Hi..hi..hi.. tapi sekarang Koki sudah "punya" Rumah Baru, N K.com's people was soo Rude to Neng Zevi. I don't think I like to goback there! Maaf, aku enggak suka ama orang2 Rude:( Yeeah, kita lihat aja Kebangkrutan K.com!!! Hidup Koki! Hidup Zevi... (uups, Sorry jadi napsu Euy! :) Hatur Nuhun... Peace....

Alexa mengatakan...
pada hari 

Hai Kokiers... aku menulis 14 Mei 98 sebagai pengingat buat kita semua; bahwa sesuatu yang tadinya kita anggap mustahil terjadi telah terjadi di negeri kita tercinta...dan menimbulkan luka yang dalam bagi kita semua.

Salam dan simpati bagi para korban kerusuhan Mei 1998.

Salam buat des, Twinsmom, Meong, Srikandi,luien, Ariana, farvel, Chiko, Nyi, Iwan, Anonim:SJ,Pak Sirpa, reef, Muti, Anak D3s4..thanks dah mampir en Koko...

M^o^anis mengatakan...
pada hari 

Untuk Zev..makasihhh tulisan ku ttg kawah putih di muat....cup..cup..muachhhhh......tambah cinta deh ma koki...btw liat tampilan koki sekarang inget koki jadul ya...beberapa artikel judulnya dijadiin satu...

Untuk semua (maaf ga bisa nyebutin namanya satu2)...terima kasih komennya, kawah putih mang bagus bgt...romantis plus mistis kl pas kabut turun....ga nyesel pergi kesana deh...ntar juli rencana mo ke sana lagi yg kemaren ga nampol soalnya plus nyasar n kelaperan....kawah putih kl ga pake nyasar +/- 3-4 jam dr jakarta...(ak kl ke bandung nyasar mulu..heran deh)di ciwidey ada banyak perkebunan stroberi..eh teh jg ada ding cm ga sempet mampir nih....kl ke bandung dah bosen ma FOnya jd nyari2 yg bisa nyejukin mata, pikiran & hati ;)...selain itu ya murah meriah ceria bahagia deh.....
maaf kl info di artikel nya kurang mengenai asal usul kawah putih...mang masih harus blajar banyak nih soal tulis menulis...makasih koki...

Dewi Meong mengatakan...
pada hari 

Walentina, huawa huawa, " ...orang digigit anjing dah biasa, kalau anjing digigit orang baru luar biasa..." aku suka banget sama kalimat ini, hahahaha, KOKI banget deh.

sunny_day mengatakan...
pada hari 

Mbak Walentina ... tulisannya 100% mewakili hati kia semua. Saya saja yang hanya silent reader selama ini juga merasakan hal yang sama, apalagi para kokiers yang aktif seperti kalian semua.
Salam kenal buat semua kokiers yang ada di seluruh dunia. Piece ...

M^o^anis mengatakan...
pada hari 

Ba walentina...iya..aku sekarang ga pernah buka kompas lagi dah ilfil bgt....bener2 mewakili deh tulisan ba.....

prabu mengatakan...
pada hari 

>>WW – Holland. emang siy kompas... bikin muak... huekkkk, keh keh keh...

Soal arogan tuh sdh dari sononya, sebab itu penyakit semua media. Cuma kompas ini paling lihai dalam menempatkan perannya ditengah kekuasaan. Dari orla, orba sampai orde bingung ini, dia tetap establish. sementara media yg lain mengalami pembredelan karena menolak kongkalikong dgn penguasa. macam pedoman (orla) sinar harapan, prioritas dll.

bagi budaknya uang watak kompas ini mendapat apresiasi positif. sementara bagi penemu kebenaran mencapnya sebagai media placebo a.k.a koran gadungan. journalist asli tidak akan mencemplungkan dirinya berkontribusi di dalam media placebo.

Ok. suka neh baca tulisanmu.
salam.

fya mengatakan...
pada hari 

Alexa...Waaaaa... tulisanmu slaluuuuu enak dibaca dan perlu hehehehe,,,
m^o^anis, thx articlenya,,foto2nya bagus tapi koq agak menyeramkan ya..
walentina,,,bravo koki!!!!!

Za Harun mengatakan...
pada hari 

ALEXA: Yg kek gini emang bikin trauma deh, aku trauma berat gara2 kerusuhan Dayak Madura di Borneo tahun 97 dulu. Bener deh, coba ga ada rasa curiga, aman berdampingan, lebih enak.... Nice story, Evita.

Moanis: Pengen banget foto2 di sana, tempatnya keren gitu, cuma agak horror yah, hahaha..

Walentina: Tak akan hilang arogansi itu di diri Kompas, yang ada sudah menyatu dengan darah beku serta membungkus nurani yang tak mampu berdetak lagi!

Wahnam mengatakan...
pada hari 

Alexa: Tragedi 14Mei'98 mungkin meninggalkan Beban pilu yg mendalam bagi para korban. Keluarga korban pasti akan sedih bila mengingat kembali hari tsb. Semoga saja hal ini tidak akan pernah terulang kembali. Akibat Politik rakyat dari gol minoritas yg jadi korban. Pemerintah harus membuka pikiran dan wawasan jauh kedepan utk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Learn from mistakes.

M^o^anis mengatakan...
pada hari 

Mea & Fya : konon kawah putih terkenal angker krn burung aja ga ada yg mau terbang diatasnya tp itu ternyata karena bau belerang yg masih cukup menyengat...kl sekarang dah engga terlalu bau ko tp untuk suasananya mang dingin dan berkabut jd ke aga2 horor gitu...tp romantis n keren bgt ko...pa lagi kl datengnya ma pacar or suami wuiihhhhhh...muantabbbbb....hihihihihihi banyak jg loh yg foto pre wed di sana...

Alexa mengatakan...
pada hari 

@fya: thanks ya,
@wahnam: ya...semoga saja...
@mea: thanks, kalau kerusuhan Dayak Madura yang di Kalimantan itu memang mengerikan krn sempat dpt imel berisi foto2nya...emang 1997?
Bukannya 2000an gitu.... syerem

Anonim mengatakan...
pada hari 

>>M^o^nis, Keberadaan danaunya ternyata dekat dari Jakarta yak, dilihat waktu tempuhnya kurang dari 3 jam. Wuaah… jadi pengen ke sana euy…
>>Alexa, tragedy Mei 98 tidak dapat dihilangkan ingatan, merupakan sejarah kelam bangsa ini, serem…..
>>WW, peristiwa yg terpatri dalam merupakan riwayat tersendiri. Rumah KoKi dibuldozer, pengurus rumahnya ditendang, penghuni dibuat kucar kacir. Untung ada rumah penampungan sementara oleh Prabu dan JC.
>>eh…JC, Prabu n Aspri…. dah berapa kilo berat badannya turun [yg pasti u/ Prabu ubannya tambah menjadi-jadi, hehe….plus kutu], gare2 memilah, memilih dan membaca artikel yg masuk. Acungan jempol atas dedikasinya, tapi diacungin dalam kantong celana yak, eh… nggak dink…, jempolnye diacungkan di depan monitor kok, haha…[Datuk]

M^o^anis mengatakan...
pada hari 

waaaa...baru tau kl yg sekarang memilah dan meilih tuh JC, Prabu n aspri ya...Zev lg sibuk berat ya buat nyari rumah permanen....makasih ya JC, prabu n aspri tuk artikel ku yg masuk hari ini (kawah putih).....

Caridaki mengatakan...
pada hari 

>>> MOANIS : kan Bandung doeloe poenya joeloekan Parijs Van Java, jadi ga heran punya tempat2 rekreasi yg indah.....oh Bandung kota kelahiran

>>> ALEXA : hubungan imbal balik tanpa SARA itu sangat indah....apalagi kalau you sendiri sudah mengalami dan menjalankannya, menjadi bukti kan ?

>>> WALENTINA : NO MORE KOMPAS for me.....coba lihat Detik.com, Pos Kota Com, Java Pos, apalagi dgn profil2 mereka yg baru dan berita2 aktual nya....bye bye Kompas

Natya mengatakan...
pada hari 

mama anis : pa khabar? enak ya jjs terus ...

alexa : thx bwat sharingnya ...

mbak walentina : kocak heheh, kok tau seh, muka saya kek bakteri ...

kita mengatakan...
pada hari 

alexa: banyak cerita kekerasan di negeri kita yang tidak terekspose. Dayak Madura seingatku memang sebelum 1998; yang 2000 (ke atas) mungkin yg kasus Poso.
@WW: orang gigit anjing? hehehe, memang jarang; kalo makan itu yg banyak; wakakakakakak ^_^.

Alexa mengatakan...
pada hari 

@caridaki: Yup, I setuju...
@natya : thanks kembali,
@kita : yah setuju memang banyak kekerasan
tidak terekpose.

des mengatakan...
pada hari 

#Ariana : Penasaran, karena pernah baca dimanaaa artikel kawah putih...ternyata ketemu :"Kawah Putih, Amazing!" di kamar lama ariana..

L.Hendranata mengatakan...
pada hari 

bacanya nyicil, komennya nyicil juga, kemarin baru artikel Alexa yg dikomen.

skg punyanya MOANIS, memang wisata alam itu punya daya tarik tersendiri ya, kita kagum sama semua yang diciptakan oleh sang Pencipta. tp sayang skg semakin banyak alam yg merana krn perbuatan manusia. trims liputannya, saya udah 20 thn kali terakhir kesana.

Walentina, duh say...tulisanmu mewakilin uneg2 semua warga koki ya hahaaaa, saya pernah dpt pengalaman pahit sehubungan dgn pengiriman artikel kesana ini kira2 thn 2005, saya tulis surat terbuka yg ditujukan ke pemrednya, krn artikel saya dikembalikan (setelah 2 bln tanpa kabar), tp 1 minggu kemudian diterbitkan dgn dijiplak berikut nara sumbernya, walaupun betul terbitnya tuh tulisan disetting gaya wartawan tulen, bukan amatiran seperti saya hahaaahaa tp tetep aja itu bahan n nara sumbernya dari artikel saya, hups kenangan yg menjengkelkan, tapi ya dilupakan ajaaaaa supaya tetap sehat lahir batin. OK

Iwan Satyanegara Kamah mengatakan...
pada hari 

Halo Muti, salam kenal juga. Aduuh, jangan lihat orang dari namanya atuh. Saya mah bukan Sunda... Namanya mungkin... Tebak aja.

Dibedakan aja Kompas dengan Kompas.com. Kalau korannya mah, masih terdepan, karena itu memang jagoannya mereka. Tapi kalo situsnya, belum tentu...

Salam kenal Muti...

non sibi mengatakan...
pada hari 

Hi Walentina, saya sih tetap buka www.kompas.com setiap hari kerja utk membaca kisah petualangannya Agustinus Wibowo.

des mengatakan...
pada hari 

non sibi mengatakan... pada hari 2009 Mei 13 11:07 Hi Walentina, saya sih tetap buka www.kompas.com setiap hari kerja utk membaca kisah petualangannya Agustinus Wibowo.
#itu dia..salah satu kontributor yang susah ditinggalin artikelnya...samuel mulia juga(walau ada di edisi cetak gak harus di kompas.com). Sangat menyayangkan tindakan kompas kepada KoKi, tapi saya berharap perbedaan sikap kepada kompas tidak merenggangkan kebersamaan beberapa kita yang masih berkunjung ke kompas dgn para kokiers senior yang 'galak' pada kom***..(waduh dibalang kalengnya plux aku...komprang!ampyun...peace!) eniwei...koki tetap spicy en tasty!

Ininnawa mengatakan...
pada hari 

Kawah putih, dengan gambar yang
tenang, dan hening....

Ininnawa mengatakan...
pada hari 

Sebuah toreham hitam....
dalam perjalanan sejarah yang kelam.

iya.....
betapa indahnya persahabatan,
yang tidak berbalut pamrih,
yang tidak pernah berharap,
namun selalu memberi....

Ininnawa mengatakan...
pada hari 

Persahabatan mestinya seperti mata dan tangan.
ketika tangan terluka, mata akan menangis.
ketika mata menangis, tangan akan mengusap.

persahabatan juga seperti hati.
bagian manapun dari tubuh yg tersakiti, dia akan ikut terluka.

salam persahabatan.

Alexa mengatakan...
pada hari 

Salam persahabatan juga Ininnawa dan yang lain...

Anonim mengatakan...
pada hari 

Balasan untuk semuanya dari Walentina:

Ralat dikit nih buat WW dari WW: kejadian itu kan 30 April, bukan 30 Mei.

Teman-teman tersayang yang sudah comment buat artikelku: saya ndak bermaksud ngomporin kok. Boleh dong curhat di gubug ini sebagai sesama kokiers yang terusir, terlunta-lunta, berhubung ogut belum kebagian giliran curhat…sekaligus sebagai refleksi kalau nanti ada yang mau kerjasama dengan KoKi…..peace…..

@Moanis: Trims ya, aku jadi punya ide mo promosi Kawah Putih buat bule di sini.

@Alexa Peron: Thanks udah ceritain semuanya dengan mendetil. Ngeri deh. Kalo ingat peristiwa itu…iiih amit-amit, gara-gara SARA, kelakuan jadi SARU (salam buat kokier ade’ “Sara Deh”…peace).

@Linda, seneng ketemu kamu di sini lagi.

@JC: Lho, redaktur itu mesti obyektif en netral dong. Suka atau ndak, malas atau ndak, harus baca semuanya kan? (Eh sssst, Broer Josh, trimse ya nitip melulu nih).

@ Mas/mbak anonim: untuk lebih jelasnya, yang jadul itu bukan aku kan? Hehehehe…..

@Des: Hallo Des, salam kenal juga yaaaa…aku ndak galak kok...sumpah..hehehehe…..

@ Alexa Peron: waduuuh, sampai segitunya yak...sampai berhenti langganan. Namanya juga Evita.

@ET: maapin ya, nama kamu disebut-sebut di artikelku

@Luien: tuh kan kamu ndak baca K**, karena lelet kan....bukan karena artikelku kan?

@Muti: Salam kenal juga ya. Lho, aku ndak ungkit masa lalu kok....cuma mengorek luka lama...hehehehe.....ndak apa kok, dikasih salep ntar juga sembuh.

@Farvel: oh....kirain malas ama aku....ndak kan?

@Chiko: trims ya Chiko, tapi jangan kelebihan dosis dengan ngokinya ya, nanti bisa fly lho!

@Nyi: Betul! Sebelum life must go on, aku dokumentasikan dulu evaluasiku melalui artikel itu….biarpun pahit, tapi sejarah selalu bisa jadi cermin untuk melangkah ke depan.

@Iwan: iya tuh…nggak adil, media kelas nasional bikin produk kok cuma untuk golongan tertentu. Media cerdas kok bisa kesandung masalah diskriminasi gini, yak.

@Sirpa: saya mewakili Alexa, trims buat koko-nya. Hehehehehe…..

@Reef: aku ngerti perasaanmu. Apalagi kontribusi tulisanmu dulu kan banyak banget tuh. Jadi pasti sakitlah, kalo buka Kompas lagi…sudahlah….badai pasti berlalu ya Reef…peace….

@Anak Desa: Nah itu dia….evaluasi….tepat sekali kata yang kamu gunakan itu. Trims bangetz.
@Muti: Selamat main tebak-tebakan ama Iwan. Hehehehehe…..

@Dewi Meong:Orang gigit anjing>luar biasa….lha kalau ‘meong gigit anjing’..?.$%&$????
@Sunny day: thanks dengan simpatinya. Salam kenal ya.

@Prabu: Yup! Media placebo! Itu istilah funky banget! Cocok dah! Apa bener ya media tuh bisa pincang kalo didominasi otak bisnis melulu....mesti ada senimannya juga dong....
Trims banget ya Mas Prabu.....udah membuka nuansa lain....

@fya: Thanks buat koko-nya ya Fya.

@Mea: Trims koko-nya puitis banget.

@Datuk: Wah, bagus nih Datuk, ndak lupain orang di belakang layar. Bravo ya buat semua para pemeran yang ngumpet di belakang layar KoKi! Love 4 U all!

@Caridaki: Eh, Bang Cardak ketmu lagi. Trims dah mampir.

@Natya KGB: Hehehe….sesama bakteri dlarang saling menulari….

@Kita: kalo yang itu sih bukan orang gigit anjing….tapi dopping…hehehehe….

@Mbak Sri: Semoga abis curhat ini, aku bisa sehat lahir batin, ndak kumat lagi hehehehe….

@Inninawa: Trims pesan persahabatannya…damai itu indah….peace….

@Pak Djoko: Trims udah dibilangin berbobot. Jadi malu nih. Semoga cepat sembuh yaaa....Wah, Pak Djoko laporannya lengkap dan jelas gitu kok....masak sih amburadul....

@Plux: Trims buat ketawa-ketiwi ala Plux. Seneng deh dihibur Plux.

Anonim mengatakan...
pada hari 

@Ariana: thanks banget udah mau nengokin artikelku.
@Non Sibi: iya deh, angkat topi en salam buat Mas Agusnya.

(Walentina)

Anonim mengatakan...
pada hari 

Moanis, jadi ingin ke kawah putih deh, sering ke Bandung, tapi belum pernah kesana.
Alexa, seperti biasa, tulisannya selalu menarik!
Seru sekali ya, pengalamannya. Aq g bisa membayangkan, seandainya aq di posisimu.
Walentina, ya, semua merasakan seperti apa yang kau rasakan waktu itu.
Salam dari nungky.

M^o^anis mengatakan...
pada hari 

nungky: hayu ke sana...ak aja mo dateng lagi...bis penasaran kemaren ga puas....ga puas foto2 narji hahahahha.....

Linda PT mengatakan...
pada hari 

ah, tidak bisa buka Kompas.com bukan masalah besar buat saya. emangnya sumber berita terpercaya cuma dari Kompas? masih banyak sumber berita on line yang lebih hebat dari Kompas, koq.


Alexa : apa sempet nyanyi : No llores por mi, Jakarta? (plesetan dari No llores por mi, Argentina), hehehe


Linda PT
lindacheang (google)

ariana mengatakan...
pada hari 

M^o^anis : Kawah Putih memang sangat mempesona, walaupun sudah berkali-kali mengunjungi Kawah Putih, setiap kali ke Bandung, berusaha menyempatkan diri untuk kembali ke Kawah Putih.

ariana mengatakan...
pada hari 

des : penasaran sama Kawah Putih, Amazing!, sampai balik lagi ke rumah lama yaaa... Thanks.

Saya juga suka mengikuti pertualangan Agustinus Wibowo, mantap banget... ikut sedih ketika AW terkena hepatitis.

Salam hangat.

Alexa mengatakan...
pada hari 

@nungky : thank u yak...
@linda PT: he,he...gak sempet deh hikz...
@walentina: wah nama baruku alexa peron bagus juga ya...ha,ha

Vera Ernawati mengatakan...
pada hari 

Kawah Putih Gunung Patuha, seperti negeri di awan. Cantik. Juga anggun. Sunyi. Seperti surganya duniawi. Tenang. Di kelilingi oleh bukit yang sangat terjal. Maka tampak begitu berwibawa. Sungguh menakjubkan.

Anonim mengatakan...
pada hari 

Walentina..yuka udh gak pernah buka kompas sejak koki diberangus..pantang bagi yuka wakakaka..
Bravo KOKI..ai shiteimasuuuu!!!



With Yuka-Kobe

Posting Komentar

 

Bilik Gemuruh (Chatroom)

Pelajaran SMP

Kokiers

HEADLINE NEWS
pengunjung sejak 29 April 09

Greeting